Sejak pandemi covid 19 yang terjadi mulai sekira Januari 2020, berdampak pada perubahan tatanan kehidupan masyarakat dunia, termasuk di negara Indonesia. Orang sudah mulai sadar dengan pentingnya pola hidup sehat. Meski ada yang sembuh dari penyakit covid 19, namun tidak sedikit pula yang meninggal.
Perubahan perilaku masyarakat juga terlihat pada cara berkomunikasi antar sesama. Berkurangnya volume tatap muka sehingga komunikasi daring jadi pilihan masyarakat. Mereka yang tidak terbiasa terpaksa karena sudah jadi kebutuhan. Komunikasi bukan antar pribadi saja, namun secara kolektif yang melibatkan banyak orang. Beberapa aplikasi yang populer dipakai adalah Zoom, WA dan Google Meet.
Komunikasi daring yang kolektif juga dilakukan oleh instansi pendidikan, mulai sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi (swasta dan negeri). Satu sisi banyak manfaat yang didapatkan dengan model sistem pembelajaran daring tersebut.

Namun tidak dapat dinafikan terkuak banyak masalah yang terjadi saat hal itu diterapkan. Dari banyaknya masalah, berikut kami paparkan masalahnya.
Daftar Isi
1. Orang Tua Gaptek
Peran orang tua sangat penting dalam belajar daring. Faktanya tidak semua orang tua menguasai dengan baik perangkat yang di bukan ketika belajar online berlangsung. Akibatnya informasi dari guru tidak sampai 100% kepada siswa.
2. Terbatasnya Akses Internet
Belum meratanya akses internet diberbagai daerah menjadi masalah yang harus segera diselesaikan. Jika didaerah perkotaan, jaringan internet bisa dengan mudah di dapatkan. Baik yang bersifat pasca bayar mau pun yang prabayar dengan kecepatan masing- masing.
Kampanye internet masuk desa masih butuh proses panjang. Belum tahu kapan semua daerah bisa terjangkau jaringan internet. Hal ini penyebab tidak lancarnya proses belajar daring jika dilakukan pada daerah yang belum bisa mengakses internet.
3. Kecepatan Internet Tidak Stabil
Komunikasi daging dengan layanan video membutuhkan kecepatan yang tinggi. Tidak stabilnya kecepatan internet membuat layanan video saat belajar daring mengalami masalah.
Faktanya tidak semua orang tua memiliki ke spa dan internet yang sama. Ada yang sudah 4G dan ada yang masih 3G.
Speed internet sangat selaras dengan fasilitas layanan yang dipakai. Beda kecepatan jika yang satu pakai layanan 50 Mbps, sedangkan yang lain pakai quota 2 Giga untuk sebulan.
4. Disintegrasi Sistem
Jika penerapan belajar daring tidak disinkronkan dengan sistem online lainnya, maka akan menimbulkan masalah baru. Harusnya jika sudah belajar daring diterapkan, maka harus juga semua aktivitas lainnya bersifat online, seperti absensi, penilaian, akses orang tua melihat perkembangan anaknya, dan lain sebagainya.
Yang terjadi dilapangan hanya penyampaian materi pelajaran saja yang daring, sedangkan yang lainnya masih bersifat manual.
Demikian beberapa inventaris masalah yang ada terkait dengan penerapan belajar daring di Indonesia. Jika Anda mau menambahkan, silahkan tulis dikolom komentar.