Sejarah alat musik Gambus terbagi menjadi dua pembahasan, satu pembahasan dalam skala umum yaitu dunia internasional atau dari mana asal pertamanya, dan kedua adalah dalam konteks sejarah hiburan Gambus di negara Indonesia sendiri.
Berdasarkan fakta sejarah dan tidak bisa dibantah bahwa Gambus bukan asli alat musik tradisional Indonesia mau pakai alasan apapun juga. Awal mulanya dibawah oleh pendatang dari luar negeri ke Indonesia. Misi awalnya adalah berniaga, namun sembari menyebarkan seni musik mereka.
Untuk asal mulanya Gambus di luar negeri, ada yang menyebutkan Gambus berasal dari Timur Tengah, khususnya daerah Jazirah Arab. Hiburan dengan orkes Gambus sangat identik dengan pesan – pesan religi, yaitu agama Islam. Hal ini yang menyebabkan mengapa hiburan Gambus mulus dan bisa diterima di bumi nusantara.
Ada yang berpendapat, jenis musik asal Timur Tengah ini sudah mulai marak diperdengarkan di tanah air sejak dulu kala. Para pedagang dari Timur Tengah tidak hanya melakukan perniagaan datang ke Indonesia, melainkan mereka juga mengenalkan seni dan budaya kepada masyarakat Indonesia. Dan Gambus berdasarkan sejarah, mendapat peneriman yang baik oleh masyarakat Indonesia.

Di era Kesultanan Malaka (1405–1511) pun hiburan Gambus mulai berkembang dan selalu ditampilkan pada acara kerajaan, baik acara internal maupun dalam menyambut tamu yang datang. Selain itu, suku Melayu tampaknya sangat suka dengannya.
Ada yang menyatakan, masuknya seni musik Gambus bersamaan dengan masuknya agama Islam. Pendapat ini tidak masuk akal, karena jauh sebelum tahun 1900 an, agama Islam sudah sampai di bumi nusantara. Bahkan ada pendapat yang menyatakan Gambus pada abad 18 Masehi sudah hadir di tanah air. Hanya saja berdasarkan pendapat ini, kehadiran bukan dari Timur Tengah, melainkan dari Turki, semasa Kekhalifahan Kerajaan Ottoman. Hal ini sangat mungkin, karena jika Anda melihat film Khalifah Sultan Abdul Hamid Khan II, ada hiburan musik yang sangat identik dengan orkes Gambus. Untuk mencari inspirasi, Sultan selalu dihibur dengan alat musik Gambus tersebut. Jika Anda berkenan bisa menontonnya pada laman Youtube.
Sampai kepenjuru negeri, kesenian alat musik Gambus tidak bisa terbendung arusnya. Banyak muda-mudi yang menyukainya. Proses akulturasi budaya pun tidak dapat dihindarkan. Penyesuaian budaya antar Turki dengan Indonesia terjadi dengan harmonis. Bahkan ada sebagain daerah, seperti Kerajaan Aceh ketika itu selalu menyebut nama Khalifah Abdul Hamid dalam khutbah Jum’atnya. Musik Gambus serta instrumennya beradaptasi dengan kearifan lokal. Dan pada tahap selanjutnya, muncul kekhasan dari keragaman tiap daerah di tanah air. Alat musiknya juga mengalami metamorfosis, entah itu secara bentuk atau penamaan.
Pada beberapa tempat didaerah Indonesia, ada yang menyebut Gambus sebagai Kecapi. Dan ditempat lain ada yang menyebutnya sebagai Dawai karena identik dengan alat musik yang dipetik untuk memainkannya. Tidak cuma nama, bentuk dari Gambus pun mengalami evolusi, meski tak menghilangkan pola dasar berupa buah pir yang dibelah. Untuk jumlah senarnya, ada yang cuma pakai tiga senar dan ada yang sampai 12 senar.
Di tanah air Indonesia, muncul pernyataan yang menyatakan puncak kejayaan Gambus terjadi pada tahun 1940. Di masa ini, pentolan Gambus paling dikenal yaitu Syech Albar, seorang seniman Indo-Arab, yang tak lain ayah musisi kondang Ahmad Albar. Setelah itu, popularitas Gambus seperti tenggelam lagi.
Hiburan Gambus hanya nampil pada acara pesta pernikahan dan khitan yang dilakukan oleh masyarakat Melayu saja. Hanya menjadi komsumsi sebagian masyarakat saja.
Terjadi fenomena yang mengejutkan pada tahun 2018, hiburan khas Gambus mendapat sorotan dari publik lagi. Hal ini disebabkan booming grup Qasidah Gambus Nissa Sabyan viral melalui media sosial. Bukan cuma di dalam negeri saja, diluar negeri pun nama Gambus Syabian juga populer dan banyak digandrungi dari anak-anak sampai orang tua suka dengan syair yang dibawakannya. Lucunya, tidak banyak media televisi yang ikut mempopulerkan fenomena Nissa Sabyan.

Dalam beberapa pertunjukkan, tarian yang diringi oleh orkes Gambus adalah tarian tradisional Zapin.
Lihat: Sejarah Tari Barong
Demikian ulasan tentang sejarah alat musik Gambus dari masa ke masa kami sampaikan kepada para pembaca yang budiman. Semoga saja hasil kerja keras ini membawa manfaat bagi bangsa dan negara. Jangan lupa bagikan informasi ini kepada teman – teman Anda sarana Komunikasi Daring. Komentar, saran dan kritik dari Anda semuanya juga kami tunggu.