10 Kebudayaan Suku Dayak dan Kenapa Masih Tetap Bertahan?

Diposting pada

Kebudayaan suku Dayak masih eksis hingga kini ditengah gempuran budaya asing. Masih banyak masyarakat Dayak yang tidak mau meninggalkan budaya aslinya dan beralih kepda diluar budayanya. Apa karena suku Dayak begitu mencintai budayanya? Atau karena sifatnya mereka yang masih primitif. Entahlah, yang pasti apapun itu, yang namanya kebudayaan memang harus diarawat sampai kapan pun jua. Karena budaya adalah ciri khas kekayakaan Indonesia yang tidak bisa dinilai oleh materi.

Ada banyak kebudayaan suku Dayak yang harus kita kenali, baik itu kebudayaan suku Dayak Ngaju, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kenyah, Iban dan Kanayatn. Kesemuanya harus dipelajari dengan baik supaya kita tidak asing dinegeri kita sendiri. Saat ini, banyak media yang dapat digunakan untuk belajar. Salah satunya media Komunikasi Daring yang begitu revolusioner kehadirannya. Dengan begitu, tiada alasan kita untuk mengatakan saya tidak tahu. Yang ada ialah kita tidak mau tahu.

Sebelumnya, kami beritahu kepada Anda bahwa di blog ini sudah ada beberapa artikel terkait dengan kebudayaan suku Dayak. Yakni kebudayaan suku Batak dan kebudayaan suku Aceh. Kedua informasi tersebut sudah kami rilis lebih dahulu. Semoga Anda berkenan untuk membacanya.

Baca : Pengertian Budaya Menurut Para Ahli

Baiklah, tanpa membuang waktu lagi, kita langsung saja mengupas informasi tentang kebudayaan suku Dayak yang pernah ada. Apa sajakah itu? Simak, berikut ini informasinya.

1. Upacara Adat Dayak

Upacara Adat Dayak (Adira.co.id)

Upacara adat yang terkenal dari masyarakat Dayak adalah upacara Tiwah, yakni merupakan ritual yang dilakukan untuk mengantarkan tulang orang yang telah meninggal ke Sandung (rumah kecil) yang telah dibuat. Bagi Dayak, upacara Tiwah merupakan upacara yang sangat sakral.

Upacara ini juga diiringi dengan tarian-tarian, suara gong, serta hiburan lainnya. Ada juga upacara-upacara lain yang dilakukan, seperti upacara pembakaran mayat, menyambut kelahiran anak, dan penguburan mayat.

2. Kebiasaan Berburu Suku Dayak

Berburu Suku Dayak (Blogger)

Suku Dayak yang hidupnya merambah di hutan-hutan mempunyai cara unik dalam berburu binatang. Salah satunya adalah kebisaaan berburu, suku dayak tidak hanya diam menunggu binatang buruanya mendekati mereka akan tetapi mereka memanggil binatang yang diinginkannya untuk datang mendekati mereka, caranya tergantung dari binatang apa yang mereka buru.

Misalnya, untuk binatang rusa mereka akan menirukan suara anak rusa dengan menggunakan sejenis daun serai yang dilipat melintang dan ditiup. Hasil tiupannya akan muncul suara seperti suara anak rusa. Karena Rusa selalu melindungi anaknya, dengan mendengar suara ini dia merasa anaknya membutuhkan pertolongan.

3. Suku Masyarakat Dayak

Suku Dayak terbagi dalam berbagai sub-suku yang kurang lebih jumlahnya berkisar 405 sub-suku. Akan tetapi, secara garis besar Suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yaitu Apokayan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan, dan Punan. Suku Dayak Punan merupakan Suku Dayak yang dikenal  paling tua mendiami Pulau Kalimantan. Berikut beberapa suku Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan.

4. Bahasa Suku Dayak

Suku Dayak seperti yang telah dijelaskan terdiri atas beragam sub-suku yang memiliki dialek bahasanya sendiri-sendiri. Secara ilmiah, ada lima kelompok bahasa yang dituturkan oleh masyarakat dayak, yaitu Barito Raya, Dayak Barat, Borneo Utara, Dayak Banuaka, Melayik. Selain itu, bahasa Indonesia juga sering digunakan.

5. Kepercayaan Religi Suku Dayak

Perubahan dalam masyakat hutan dimulai dari perubahan pada sudut pandang dan mistifikasi antara sistem keyakinan yang dimiliki oleh suku. Hal tersebut dapat ditelusuri melalui ekspresi budaya, seperti cerita-cerita rakyat, yang bergeser pada penceritaan lainnya, yang lebih impor. Mitos yang dimiliki sejarah hidup suku Dayak, meskipun yang diceritakan dalam mitos tidak terikat oleh ruang dan waktu.

Sejarah dalam konteks pemahaman suku Dayak sendiri sulit diverifikasi kedalam sisi sejarahnya dan tetap dianggap sebagai mitos sejarah karena diinternalisasi oleh manusia Dayak secara lisan. Namun, keberadaan mitos itu diyakini kebenarannya, dianggap suci. Berisi hal-hal yang indah. Pada umumnya, menjelaskan titah para dewa, dimitoskan untuk mengatur kehidupan masyarakat Dayak yang tampil pada berbagai kondisi seperti tradisi, ritual, dan arah kultus ditujukan. Namun, zaman tengah berubah.

6. Rumah Adat Dayak

Rumah Adat Dayak (Tribunnews)

Rumah adat yang dimiliki oleh suku dayak adalah rumah Betang atau rumah Panjang yaitu merupakan rumah adat khas dari Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman sku Dayak. Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai daerah. Ada rumah Betang yang panjangnya mencapai 150 meter dan lebar hingga 30 meter.

Umumnya rumah Betang dibangun dalam bentuk panggung dengan rentang ketinggian tiga hingga lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan.

7. Tarian Tradisional

Banyaknya suku dan subsuku Dayak menimbulkan beragamnya seni tari tradisional. Secara garis besar, berdasarkan vocabuler tari, bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok. Sebagian besar tari Dayak adalah tari ritual dalam upacara sesuai dengan agama Kaharingan. Misalnya, tari Ajat Temuai Datai. Tarian ini sangat populer di kalangan masyarakat Dayak Mualang dan berfungsi sebagai upacara penyambutan terhadap pahlawan yang pulang mengayau.

Baca : Pengertian Seni Tari Menurut Para Ahli

8. Tato Dan Telinga Panjang

Tato Dan Telinga Panjang (Pontianakpost)

Tato dan telinga panjang menjadi ciri khas atau identitas yang sangat menonjol sebagai penduduk asli Kalimantan. Dengan ciri khas dan identitas itulah yang membuat suku Dayak di kenal luas hingga dunia internasional dan menjadi salah satu kebanggan budaya yang ada di Indonesa. Namun tradisi ini sekarang justru semakin ditinggalkan dan nyaris punah. Trend dunia fashion telah mengikis budaya tersebut .

9. Mangkok Merah

Mangkok Merah (Kominfo)

Mangkok merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “Panglima” atau sering suku Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa panglima Dayak itu.

Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang panglima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber “Tariu” (memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila bila mendengar tariu.

10. Peninggalan Suku Dayak

Salah satu bentuk peninggalan dari masyarakat Dayak adalah Candi Agung. Bangunan ini adalah sebuah situs candi Hindu berukuran kecil yang terdapat di kawasan Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang keberadaannya se-zaman dengan Kerajaan Majapahit.

Baca : Alat Musik Tradisional Indonesia

Sampai juga kita pada akhir dari artikel ini. Semoga saja memberikan manfaat isi artikel kebudayaan suku Dayak pada kali ini. Jangan sungkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran kepada kami.  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *