9 Kebudayaan Suku Batak Sumatera Utara, Dari Yang Hilang Dan Masih Ada

Diposting pada

Kebudayaan suku Batak yang ada di propinsi Sumatera Utara terus menjadi perbincangan banyak orang. Mulai dari para pendatang sampai orang asli suku Batak sendiri. Mulai dari perbincangan kedai kopi sampai lobi hotel bintang lima. Apa sebab? Karena ada budaya Batak yang perlahan mulai ditinggalkan oleh suku Batak sendiri. Gempuran budaya asing ternyata sangat efektif untuk memudarkan pesona budaya lokal atau daerah. Fenomena ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Sudah saatnya kebudayaan suku Batak di kenalkan kembali sepada semua warga negara Indonesia, dari sabang sampai Merauku. Berbagai media harus jadi sarana untuk memaksimalkan kampanye sampai kepelosok-peloksi daerah. Pemerintah harus terus menggenjot dinas atau instansi terkait agar benar – benar maksimal dalam bekerja. Kita sangat khawatir budaya sebagai warisan para leluhur dahulu hilang begitu saja.

Dengan hadirnya banyak sarana sosial media, sebaiknya kita aktif memakainya dalam hal kebaikan. Jangan cuma up date status yang tiada bermanfaat. Salah satu kebaikan dalam memakai Komunikasi Daring ialah dengan share kearifan budaya lokal suku Batak.

Dikesempatan yang lalu, kami sudah mempublikasikan berbagai artikel, seperti adat istiadat suku Batak dan kesenian suku Batak yang ada di Sumatera Utara. Artikel yang Anda baca ini sebagai pelengkap dari artikel yang sudah ada.

Baca : Pengertian Budaya

Baiklah, langsung saha jika bahas satu persatu mengenai deskripsi apa saja kebudayaan suku Batak yang harus kita ketahui bersama.

1. Martarombo

Martarombo (Flickr)

Orang Batak senang martarombo alias bertutur dan mencari-cari hubungan saudara satu dengan yang lainnya. Jadi, misalnya ketika bertemu dengan orang, hal yang biasa ditanyakan adalah marganya apa, kemudian akan selalu berusaha mencari hubungan pertalian dengan marganya sendiri. Yang terjadi adalah akan hampir selalu ada hubungan saudara bila sesama orang Batak bertemu.

2. Kain Ulos

Kain Ulos (sajadah.co)

Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatra utara. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara membuat songket khas Palembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin.

Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, tetapi kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.

3. Hamoraon

Dalam adat suku Batak nilai budaya hamoraon memiliki makna kehormatan. Aspek kehormatan yang dimaksud yaitu keseimbangan antara nilai materil dan spiritual. Seseorang dianggap terhormat apabila memiliki kekayaan, sikap baik hati antar sesama dan nilai spiritual yang tinggi.

Meskipun seseorang memiliki kekayaan yang melimpah dan jabatan yang tinggi, tidak ada artinya jika tidak memiliki nilai spiritual. Inilah keseimbangan yang dimaksud. Bahwa proporsi antara nilai materil dan spiritual haruslah seimbang.

4. Memiliki Beberapa Sub Suku

Kalau suku Jawa yang kita tahu sendiri juga beragam, dibedakan dari daerah asalnya, seperti Surabaya, Yogyakarta, Solo dan Malang yang walaupun secara kesukuan sama tetapi memiliki perbedaan baik dari segi bahasa, kebiasaan maupun budaya. Demikian juga dengan suku Batak yang juga punya beberapa sub, yaitu Batak Mandailing, Batak Toba, Batak Karo dan Batak Simalungun.

5. Menikah dengan Pariban (Sepupu)

Ada istilah dalam suku Batak, pariban (sepupu) adalah rokkap (jodoh). Sepupu disini bukan sembarang sepupu karena tidak semua sepupu bisa menikah. Sepupu yang dimaksud adalah, kalau Anda perempuan, Anda bisa menikah dengan anak laki-laki dari adik perempan ayah. Sedangkan kalau Anda laki-laki, Anda bisa menikah dengan anak perempuan dari adik laki-laki ibu.

6. Hagabeon

Hagabeon (youtube)

Hagabeon dalam Suku Batak bermakna harapan memiliki anak dan cucu yang baik-baik dan panjang umur. Dengan umur yang panjang diharapkan dapat menikahkan anak dan mendapatkan keturunan yang baik. Bagi suku ini anak merupakan simbol keberhasilan dalam pernikahan.

Apalagi anak laki-laki, yang merupakan penerus marganya. Pada adat kuno aturan memiliki anak bagi orang batak yaitu sebanyak 33. Dimana laki-laki sebanyak 17 anak dan perempuan 16 anak. Namun seiring kemajuan jaman nilai adat tersebut mulai tergeser dan tergantikan dengan nilai baru.

7. Tari Tor-Tor

Tari Tor-Tor (Blogger)

Tor-tor merupakan tarian khas suku batak. sebagai bagian dari kebudayaan suku batak tor-tor memiliki nilai lebih dari sebuah kesenian. Tari tor-tordalam kebudayaan batak biasanya mengandung makna dan nilai dari sebuah acara dimana tari tor-tor itu dimainkan. Tari tor-tor terdiri atas beberapa jenis. Beberapa jenis tari tor-tor sebagai berikut.

Pangurdot, anggota badan yang bergerak hanya kaki, tumit, hingga bahu.

Pangeal, anggota badan yang bergerak hanya pinggang, tulang punggung, dan bahu.

Pandenggal, anggota badan yang bergerak hanya lengan, telapak tangan hingga jari tengah.

Siangkupna, anggota badan yang bergerak hanya leher.

Hapunana, anggota badan yang bergerak hanya wajah.

8. Tidak Boleh Menikah Satu Marga

Buat orang Batak, terlarang untuk menikah dengan yang satu marga dengannya ataupun tidak satu marga tapi masih saudara dalam silsilah. Jadi, dalam adat Batak beberapa marga masih dianggap sebagai satu silsilah sehingga dianggap sebagai saudara jadi tidak boleh menikah. Makanya, dalam setiap perkenalan selalu ditanyakan marga apa supaya jangan terjadi cinta terlarang karena satu marga.

9. Seni Musik

Seni musik suku bangsa Batak adalah ogung sabangunan. Peralatan yang digunakan adalah empat gendang dan lima taganing (sejenis gamelan Batak). Nama-nama gendang ogung, yaitu oloan, ihutan, doal, dan jeret. Macam-macam tari tor-tor yang diiringi ogung sabangunan sebagai berikut.

Tor-tor/gondang mula-mula, dilakukan dengan menyembah berputar ke arah mata angin.

Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu, dilakukan dengan tangan menari artinya petuah, nasihat, dan amanat orang tua.

Tor-tor/gondang liat-liat, dilakukan dengan menari berkeliling artinya keluarga mendapat kebahagiaan.

Tor-tor/gondang hasahatan, dilakukan dengan menari di tempat artinya petuah/rahmat Tuhan YME. 

Baca : Lagu Daerah Sumatera Utara

Akhirnya selesai kuga kerja kami dalam menyampaikan infromasi kebudayaan suku Batak kepada para pembaca yang budiman. Pekrjaan yang kami yakin memberikan manfaat bukan hanya untuk pembaca, tapi secara tidak langsung kepada bangsa dan negara.

Jangan sungkan untuk berikan saran, kritik atau komentar kepada Kami untuk perkembangan blog ini.