Upacara adat Bali dan gambar serta keterangan atau penjelasannya kami sampaikan melalui artikel ini secara gamblang kepada pembaca yang budiman. Banyak orang yang ingin tahu Bali karena destinasi wisatanya, sedangkan apa tradisi dan adat istiadatnya diabaikan oleh kebanyakan wisatawan domestik maupun manca negara.
Pada penjelasan upacara adat Bali ini kami akan menguraikan terkait apa saja upacara yang terkenal di daerah Bali dan juga yang mungkin kurang familiar eksistensinya. Semuanya wajib bagi kami untuk disosialisasikan agar semakin banyak orang yang kenal dan tahu khazanah budaya yang ada di Bali sebagai warisan sejarah.
Kegiatan upacara adat Bali juag bisa dikemas menjadi destinasi wisata kepada turis asing yang datang. Hal ini bisa menambah devisa Indonesia. Selain wisata alam, wisata budaya juga harus disuguhkan. Manfaat lain adalah tradisi lokal Bali semakin lestari karena bakal sering di gelar.
Baik, langsung kita bahas satu persatu mengenai macam – macam upacara adat Bali yang pernah ada dan wajib diketahui.
1. Upacara Adat Bali yang bernama Ngaben
Upacara Ngaben merupakan upacara atau kebiasaan lokal yang dilakukan untuk orang yang meninggal, setelah meninggal tubuh orang tersebut akan dibakar kemudian abunya akan dihanyutkan ke laut. Pada pelaksanaanya, tubuh orang meninggal bisa dikubur terlebih dahulu, lalu menunggu waktu baik dan ketersediaan dana barulah tulang belulangnya digali dan dibakar. Ada pun tujuan Ngaben yang ada di Bali tersebut mengembalikan unsur Panca Mahabhuta ke asalnya dan mengantarkan sang atma untuk kembali ke alamnya yakni alam Pitara.
Baca : 30 Tarian Adat Tradisional Daerah Bali
2. Galungan
Hari Raya Galungan adalah upacara adat di Bali yang memiliki tujuan untuk merayakan kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan). Kegiatan ini dirayakan setiap 6 bulan sekali atau dalam kalender Bali setiap 210 hari, tepatnya di hari Rabu (Budha) Kliwon wuku Dungulan. Pada saat ini umat Hindu diharapkan mampu membedakan dorongan hidup antara kebaikan dan keburukan, sehingga niscaya kebahagiaan bisa diraih dengan kemampuan memenangkan dharma dalam diri manusia.
Ciri khas upcara ini ialah Penjor yang terpasang sepanjang jalan. Kemudian 10 hari usai Galungan dirayakan hari Raya Kuningan.
Ketika Hari Raya Galungan digelar, biasanya semua aktivitas di Bali dihentikan, termasuk juga penerbangan kedalam dan keluar Bali.
3. Melasti
Berikut ini adalah upacara adat Bali yang bernama Melasti yang juga dilakukan oleh seluruh umat Hindu. Kebiasaan ini juga masih dalam rangkain Hari Raya Nyepi yang umumnya 2-4 hari sebelum Nyepi dilakukan prosesi Melasti (mekiis/melis). Pada saat ini semua alat-alat tradisional yang diyakini warga Bali adalah suci, seperti pratima, arca, pralingga, jempana, simbol senjata nawasangan, umbul-umbul, diiringi oleh alat musik tradisional Gamelan Baleganjur dan warga. Kesemua peralatan peribadatan tersebut di usung menuju ke tempat-tempat sumber air yang biasanya menuju ke laut. Ada pun tujuan dari upacara Melasti ini adalah guna membersihkan Bhuana Agung (alam) dan juga diri manusia, usai kemudian “angamaet tirtha amertha” mengambil air suci yang merupakan intisari kehidupan untuk kesejahteraan manusia dan alam menurut mereka.
4. Nyepi
Nyepi merupakan tahun baru Bali berdasarkan penanggalan tahun Isaka yang umumnya jatuh pada bulan Maret-April bulan Masehi. Kebiasaan penyambutan tahun Baru ini tergolong unik, sesuai namanya Nyepi semua aktifitas warga tutup tidak ada boleh aktifitas sama sekali, tidak boleh bikin gaduh, bepergian ke luar rumah dan menyalakan lampu. Cuma tempat-tempat penting seperti rumah sakit diperbolehkan buka. Adapun tujuan dari hari Raya Nyepi bagi umat Hindu adalah untuk bisa mengendalikan hawa nafsu, mengekang dan mengendalikan segala keiinginan dan kesenangan, waktu yang paling baik melakukan tapa, brata, yoga dan samadi, sehingga bisa membuka lembaran baru dengan hati putih dan bersih.
5. Ngerupuk
Upacara Ngerupuk ini ialah rangkaian dalam Hari Raya Nyepi di Bali, setiap warga Hindu wajib melakukan persembahan kepada sang Bhuta Kala dengan banten mecaru, baik itu di tingkat rumah, banjar, desa, kecamatan sampai tingkat propinsi Bali yang biasanya dilakukan di perempatan jalan raya utama di desa atau kota tersebut. Ada pun tujuan dari tradisi Ngerupuk adalah memberikan persembahan bagi Bhuta Kala, agar mereka tidak mengganggu kehidupan manusia di saat manusia melakukan brata penyepian. Dilaksanakan sehari sebelum perayaan Nyepi, setelah upacara mecaru, dilakukan pawai ogoh-ogoh yang sebagi simbol Bhuta Kala diarak keliling desa dibarengi warga dengan membawa obor.
6. Tradisi Megibung Di Karangasem
Tradisi Megibung merupakan sebuah tradisi makan bersama ketika ada hajatan upacara adat seperti acara pernikahan, otonan, 3 bulanan ataupun upacara adat lainnya, masih bertahan sampai sekarang ini di Kabupaten Karangasem, walaupun beberapa warga sekarang ini terkadang menyiapkan makan prasmanan (makan jalan) saat ada hajatan, tetapi tradisi Megibung ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Megibung atau makan bersama oleh sekelompok orang yang terdiri dari 5-6 orang dinamakan “sele” duduk mengitari “gibungan” yaitu segepok nasi di atas dulang atau nampan, lengkap dengan sayur dan lauk pauk yang dinamakan “karangan” dan kemudian mereka makan bersama menikmati gibungan dan karangan.
7. Tradisi Mesuryak
Pada poin ini kita akan mengenal Tradisi Bali yang bernama Mesuryak. Kegiatan Mesuryak merupakan warisan budaya leluhur yang hanya bisa dijumpai di desa Bongan, Kabupaten Tabanan. Tradisi ini digelar bertujuan untuk penghormatan terhadap para leluhur dengan secara suka cita, bersorak beramai-ramai dengan memberikan perbekalan seperti beras dan uang. Tradisi bersorak beramai-ramai ini kemudian dibarengi dengan melempar uang ke udara dan diperebutkan oleh warga dinamakan tradisi Mesuryak. Tradisi ini digelar setiap 6 bulan sekali yaitu pada Hari Raya Kuningan. Rangkaian prosesi ini berkaitan dengan perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan, setelah leluhur hadir di tengah keluarga mulai dari hari Raya Galungan, kemudian pada saat Kuningan diantar kembali ke Nirwana dengan berbagai sesajian dan perbekalan.
Baca : 11 Nama Pakaian Adat Bali Denpasar
8. Mepandes
Ada pun tujuan dari upacara Mepandes (Metatah) ini adalah untuk menghilangkan 6 musuh (sad ripu) dalam diri manusia. Keenam musuh tersebut adalah hawa nafsu, ketamakan, amarah, mabuk, kebingungan dan iri hati. Upacara ini berlangsung dengan upacara potong gigi bagi pemeluk umat Hindu yang sudah menginjak remaja ataupun dewasa. Upacara ini merupakan kewajiban (hutang) orang tua yang wajib diakukan dibayar oleh orang tua semasih mereka hidup kepada anak-anaknya. Prosesi potong gigi dilakukan oleh seorang Sangging, yang dipotong adalah 6 buah gigi depan atas.
9. Otonan
Otonan Upacara adat di Bali ini berkaitan dengan kelahiran seseorang (ulang tahun Bali), upacara Otononan ini digelar usai bayi mencapai umur 6 bulan (210 hari), lalu disetiap 6 bulan berikutnya dilakukan upacara otonan (hari lahir) tetapi dalam bentuk upacara yang lebih kecil. Hari lahir tersebut sangat menentukan watak dari pada seseorang, sehingga jika wataknya kurang baik, ada sebuah upacara lagi dengan harapan merubah prilaku.
Perlu dipahami, upacara Otonan ini tidak perlu mewah tetapi yang penting diperhatikan adalah nilai ritualnya. Disaat ini manusia memanjatkan puja dan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widi atas jiwa yang diberikan di tubuh manusia agar diberikan keselamatan dan kesejahteraan hidup.
10. Tradisi Omed-Omedan

Berikutnya adalah Tradisi Omed-Omedan di Bali. Kebiasaan unik ini digelar di tengah kota Denpasar, tepatnya di Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan. Waktunya adalah setahun sekali, bertepatan saat hari Ngembak Geni atau sehari setelah hari Raya Nyepi, tradisi unik dimulai sekitar pukul 14.00 selama 2 jam. Prosesi ini cuma diikuti oleh kalangan muda-mudi atau yang belum menikah dengan umur minimal 13 tahun, Omed-Omedan berarti tarik menarik antar pemuda dan pemudi warga banjar dan terkadang dibarengi dengan adegan ciuman diantara keduanya. Tradisi ini digelar sebagai wujud kegembiraan setelah pelaksanaan Hari Raya Nyepi, ini sebuah warisan budaya leluhur, memiliki nilai sakral dan dipercaya akan mengalami hal buruk jika tradisi ini tidak dilangsungkan.
11. Tradisi Mekotek
Upacara atau Tradisi Mekotek dikenal juga dengan nama Gerebeg Mekotek. Tradisi unik di Bali ini digelar setiap 6 bulan (210 hari) sekali, tepatnya saat perayaan Hari Raya Kuningan (10 hari setelah Galungan). Prosesi ini digelar dengan tujuan tolak Bala untuk melindungi dari serangan penyakit dan juga memohon keselamatan. Pada mulanya tradisi Mekotek, menggunakan tongkat besi, untuk menghindari agar peserta tidak ada yang terluka, maka digunakanlah kayu Pulet sepanjang 2-3.5 meter yang kulitnya sudah dikupas sehingga terlihat halus. Tongkat-tongkat tersebut dipadukan menjadi satu formasi sebuah kerucut, suara “tek,tek” kayu berbenturan tersebut sehingga dikenal dengan Mekotek.
12. Tradisi Ngerebong
Di poin 12 ini adalah Tradisi Upacara Ngerebong di Kesiman Kata Ngerebong berasal dari kata “ngereh” dan “baung” sehingga menjadi Ngerebong, penggabungan dua kata tersebut berarti juga akasa pertiwi atau atas bawah, ada juga yang mengartikan Ngerebong tersebut berkumpul, diyakini saat tersebutlah Dewa sedang berkumpul. Ketika prosesi Ngerebong warga desa Kesiman, Denpasar berkumpul di Pura Pengrebongan, Desa Kesiman Denpasar, mengarak Barong dan Rangda sebagai simbol atau petapakan Ida Bhatara mengelilingi wantilan sebanyak tiga kali diiringi juga oleh alat musik tradisional Bali yang bernama Gamelan Baleganjur.
Pada upacara ini umumnya banyak warga yang kerasukan atau trans, warga tersebut ada yang mengeram, berteriak, menari dan ada juga menangis, mereka juga melakukan adegan berbahaya meminta keris untuk ditancapkan di tubuh, leher ataupun kepala, tetapi anehnya tidak satupun yang terluka, mereka yang kerauhan tersebut semuanya kebal tidak terlukai. Tradisi mengerikan di Bali ini digelar 6 bulan sekali yaitu pada hari Minggu, Pon wuku Medangsia atau 8 hari setelah Hari Raya Kuningan.
13. Tradisi Ngusaba Bukakak Di Sangsit
Berikut ini adalah Tradisi Ngusaba Bukakak di Sangsit yaitu sebuah tradisi unik di Bali yang hanya digelar di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kab. Buleleng yaitu bertepatan pada hari Purnama sasih Kedasa, sekitar 2 minggu setelah hari Raya Nyepi di bulan April. Disebabkan pertimbangan biaya tradisi Ngusaba Bukakak digelar dua tahun sekali. Prosesi ini digelar untuk mengucapkan rasa terima kasih umat kepada dewi Kesuburan atas segala hasil pertanian yang melimpah dan kesuburan tanah.
Desa Sangsit memiliki wilayah pertanian yang cukup luas dan juga tanahnya yang gembur lagi subur. Berdasarkan artinya Bukakak berasal dari kata “Bu” atau Lembu yang melambangkan dewa Siwa dan “Kakak” atau gagak perlambang dewa Wisnu. Bukakak juga berkaitan dengan babi guling yang hanya dimatangkan bagian dadanya saja.
14. Perang Ketupat Di Kapal
Perang Ketupat di Kapal merupakan tradisi unik di Bali yang digelar dalam rangkaian upacara Aci Rah Pengangon setiap satu tahun sekali yaitu pada hari Purnama (bulan penuh) sasih Kapat atau sekitar bulan September – Oktober. Namanya juga perang ketupat, warga memakai ketupat untuk berperang, mereka terbagi menjadi dua kelompok kemudian saling lempar dan saling serang antar kelompok.
Perang Ketupat ini cuma melibatkan kaum laki-laki saja yang mereka menggunakan pakaian adat Bali, tapi tanpa baju, begitu ada aba-aba untuk mulai perang, mereka juga mulai saling serang dan lempar di areal pura, lalu merembet ke luar pura sampai di jalan raya agar lebih leluasa, tidak ada aturan tertentu, mereka bebas menyerang kubu lawan. Namun akhirnya damai tanpa permusuhan.
15. Tradisi Mepantigan
Selanjutnya ialan Tradisi Mepantigan Batubulan yaitu sebuah aksi bela diri tradisional. Arti dari Mepantigan yakni membanting, yang mana dalam tradisi ini diperlukan kelihaian untuk bisa membanting lawan. Permainan bela diri tradisional ini bisa dilakukan dimana saja, yang penting arealnya berlumpur, sehingga lawan yang dibanting tidak berbahaya, namun akan penuh balutan lumpur.
Baca : Keunikan Pakaian Adat Bali
Demikian kami sajikan uraian informasi mengenai upacara adat Bali dan gambar serta keterangannya untuk pembaca yang peduli dengan budaya bangsa. Semoga saja informasi ini memberikan banyak manfaat. Jangan lupa sampaikan kritik dan saran dari Anda untuk kemajuan blog ini kedepannya.
Bagi Anda yang hendak berlibur ke Bali, silahkan baca artikel rental mobil Bali yang sudah kami publikasikan.
Credit : _https://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/
3 komentar