Upacara adat tradisional Jawa Barat (Jabar), gambar dan penjelasannya akan disampaikan secara lengkap kepada pembaca melalui blog ini. Selain penjelasannya, upacara adat tradisional Jabar juga, kami akan memaparkan mengenai tujuan dari kebiasaan yang ada. Terkait tujuan, biasanya warga setempat beralasan karena sudah menjadi budaya warisan dari zaman dahulu. Meski tidak semua juga orang yang tetap konsistensi melaksanakannya.
Di Jawa Barat sendiri menurut penelusuran yang kami lakukan, ada puluhan upacara atau kebiasaan yang ada. Mulai upacara yang akan dilakukan untuk ritual pernikahan, syukuran sampai menolak bala. Dan ada juga upacara yang di gelar karena rutinitas tahunan.
Dalam bahasa dan kebiasaan Jawa, upacara adat Jawa Barat mempunyai makna tersendiri yang begitu dalam. Beberapa literasi yang ditemukan, perlahan mulai banyak yang ditinggalkan penggunaan bahasa Jawa ini.
Selain dikenal sebagai warisan, upacara adat Jawa Barat juga bisa dijadikan sebagai ajang edukasi sekaligus destinasi wisata. Ajang edukasi bisa berlaku kepada lembaga pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Sedang destinasi wisata bisa berlaku kepada turis dari luar negeri. Hal ini dilakukan bertujuan untuk melestarikan budaya daerah jangan sampai punah ditelan oleh masa.
Penting diketahui, bicara mengenai pelestarian budaya, kami melalui blog ini sudah banyak menulis terkait upacara daerah, mulai dari upacara adat Jawa Tengah, upacara adat Jawa Timur, upacara adat Sumatera Utara dan upacara adat Sumatera Barat. Semua dilakukan karena kecintaan kami terhadap budaya asli nusantara.
Dari beberapa daerah, ada persamaan upacara yang dilakukan. Misalnya kebiasaan aqiqah, berlaku di Padang dan juga Aqiqah Medan serta daerah lainnya.
Baiklah, tanpa berlama – lama lagi, berikut ini langsung saja kami sampaikan mengenai poin per-poin upacara adat Jawa Barat yang penting diketahui.
1. Pesta Laut
Poin yang pertama bernama Pesta Laut. Hal ini mengingat karena sebagian warga di Jabar mencari nafkah dilaut.
Baca : Alat Transportasi Laut
Upacara pesta laut atau pesta bahari sering diadakan. Tempat yang sering dilakukan seperti di Pangandaran, Ciamis dan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, maupun daerah-daerah pesisir lainnya di Jawa Barat seperti Indramayu dan Cirebon. Ketika pelaksanannya, perahu-perahu nelayan yang mengangkut sesajen dihiasi aksesoris warna-warni.
Pada upacara nelayan juga membawa kepala kerbau berbungkus kain putih sebagai persembahan dan melemparkannya ke Bahari sebagai simbol hadiah kepada penguasa lautan dan penolak bala. Upacara ini diadakan setiap setahun sekali ini ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur dan memohon keselamatan saat melaut.
2. Ngalaksa
Upacara adat Jawa Barat yang berhubungan dengan pertanian berikutnya ialah bernama Ngalaksa. Upacara Ngalaksa ini lazim ditemui di daerah Ranca Kalong, Sumedang. Kebiasaan ini dilakukan dengan membawa padi ke lumbung dengan memakai rengkong (bambu panjang berlubang buat membawa beras). Sekilas sangat mirip dengan upacara yang juga dikenal dengan sebutan Seren Taun .
Bulan Juni jadi pilihan waktu untuk pelaksanaan Ngalaksa. Salah satu keunikannya ialah terletak dibunyi musik yang memiliki ritme sama dengan orang yang sedang berjalan, yaitu pada rengkong yang digoyang – goyang. Seni tradisional Tarawangsa digelar selama seminggu jalannya upacara ini. Upacara Ngalaksa ditujukan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas keberhasilan panen daerah pertanian.
3. Ruwatan Bumi
Upacara Ruwatan Bumi ini dilaksanakan setiap bulan Februari di Kabupaten Subang. Ruwatan ini dapat pula disebut Ngaruwat. Ngaruwat sendiri, menurut masyarakat setempat memiliki beberapa manfaat, seperti menjaga keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan kehidupan pertanian.
Dalam pelaksanannya, upacara ini digelar kesenian gemyung di malam hari. Lalu pagi harinya, masyarakat mengarak Dewi Sri ke makam leluhur, diiringi oleh kuda kosong, sesepuh, membawa parupuyan, panteret buah kelapa sambil menyanyi beluk. Selain itu, juga diiringi oleh seni gemyung, penari yang membawa hanjuang, penari yang membawa janur, pencak silat, seni dogdog reog, genjdring, tanji, dan seluruh warga yang mengiringinya dari belakang. Upacara ini sendiri ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur, tolak bala, silaturahmi masyarakat, dan penghormatan kepada leluhur.
4. Ngalungsur Pusaka
Upacara Ngalungsur Pusaka ini umumnya dilakukan di daerah Garut. Upacara adat ini dipimpin oleh seorang juru kunci (kuncen) yang merupakan bukti bahwa mereka masih melestarikan dan melaksanakan tradisi leluhurnya juga mensosialisasikan keberadaan benda-benda pusaka peninggalan Sunan Rohmat Suci.
Pada upacara ini, peserta upacara dapat menyaksikan proses pencucian benda-benda pusaka itu. Benda-benda pusaka tadi merupakan sebuah simbol konduite juga perjuangan Sunan Rohmat Kudus dalam memperjuangkan Islam sewaktu beliau hidup.
Lihat: Makanan Tradisional Jawa Barat
5. Ngunjung (Munjung)
Ngunjung (Munjung) berasal dari kata Kunjung, yaitu mengunjungi dan berdoa di makam leluhur atau orang tua, sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setempat. Upacara ngunjung/munjung ini termasuk upacara adat provinsi Jawa Barat yang biasanya dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah Indramayu, Cirebon, dan sekitarnya. Lokasi upacara adat ini biasanya di makam leluhur dan tokoh agama yang disegani dan dipercaya punya nilai keramat.
Tujuannya dari upacara Ngunjung ini ialah untuk melestarikan budaya dan memohon keselamatan. Upacara yang lazim dilaksanakan pada bulan Syuro dan Mulud atau kerap dilaksanakan sehabis panen padi ini biasanya menampilkan kesenian khas, seperti wayang kulit dan dibeberapa tempat menampilkan kesenian sandiwara. Pada upacara adat Ngunjung ini masyarakat pada umumnya berbondong-bondong membawa nasi tumpeng dan makanan tradisional lainnya sebagai wujud kepedulian.
6. Bubur Syura (Syuro)
Bubur Syura yang ada di Jawa Barat ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Hari Asyura, atau hari peringatan wafatnya Imam Husein, cucu Nabi Muhammad SAW, dalam peristiwa di Karbala. Kebiasaan yang diadakan oleh masyarakat Cirebon setiap 10 Muharam ini dikaitkan dengan peristiwa Nabi Nuh. Namun, pada praktiknya dikaitkan pula dengan Dewi Kesuburan, yaitu Nyi Pohaci Sanghyang Sri. Keyakinan masyarakat bahwa upacara adat ini dapat mendatangkan kesejahteraan dan ketentraman.
Tempat dilaksanakannya upacara ini dapat di bagian luar rumah salah seorang warga yang dipercaya dapat melaksanakan upacara, di pinggir sungai, di lapangan, atau di lokasi lain yang ditentukan oleh para pelaku upacara. Ada berbagai anggaran buat melaksanakannya, dan berbagai perlengkapan, seperti Sesajen, benda keramat, kesenian, peralatan pembuat bubur, dan tentu saja lokasi upacaranya.
7. Ngirab atau Rebo Wekasan
Upacara adat Jawa Barat yang ada nilai religius lainnya ialah Ngirab atau biasa juga disebut dengan Rebo Wekasan. Masyarakat di daerah Sungai Drajat, Cirebon, biasa melakukan upacara ini. Kebiasaan ini ditandai dengan berziarah ke petilasan atau makam Sunan Kalijaga, yang dilakukan di hari Rabu minggu terakhir bulan Shafar.
Penentuan waktu dilakukannya adalah mempunyai dasar bagi masyarakat setempat. Yaitu pengambilan waktu kenapa hari Rabu sebab dianggap sebagai hari terbaik guna melenyapkan bala dan kesialan kehidupan. Kegiatan ziarah biasanya diisi dengan acara lomba mendayung yang dilakukan usai upacara berakhir.
8. Nyalawean
Upacara adat Nyalawean adalah upacara adat Jawa Barat yang ada menilai sifatnya religius, dengan tujuan memeringati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kebiasaan ini dilakukan di alun-alun Desa Trusmi, Kabupaten Cirebon. Biasanya, upacara ini berlangsung selama 5 hari, dan dilaksanakan 12 hari setelah acara peringatan di Keraton Cirebon. Ziarah ke makam leluhur juga dilakukan yang dipercaya untuk mendapatkan kesejahteraan, kebahagiaan, dan rahmat.
9. Seren Taun
Upacara Seren Taun ialah sebuah upacara yang intinya mengangkut padi dari sawah ke lumbung dengan menggunakan rengkong (pikulan khas yang terbuat dari bambu) dan diiringi tetabuhan musik khas tradisional. Upacara ini masih dapat kita temui di Cigugur, Kuningan dan Sirnarasa Cisolok, Sukabumi.
Seren Taun tujuannya sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebab keberhasilan panen dan permohonan hasil pertanian yang lebih baik di masa mendatang. Karakteristik khas upacara ini ada di prosesi laporan segala hasil tani yang sudah dicapai buat dapat dinikmati para pejabat yang menghadiri upacara ini. Prosesi ini dinamakan Seba.
Baca : Alat Panen Padi
10. Ngarot
Selanjutnya adalah upacara dari adat tradisional Jawa Barat yang bernama Ngarot. Kebiasaan Ngarot umumnya diadakan di daerah kabupaten Indramayu yang dilaksanakan saat musim tanam dimulai atau musim penghujan. Adat ini digelar dengan mengadakan arak – arakan ke arah balai desa.
Apa tujuan dari upacara Ngarot ini?
Tujuan diadakannya upacara Ngarot ialah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan memohon keberkahan hasil tani yang dipanen oleh masyarakat setempat.
11. Sepitan atau Khitanan
Upacara Khitanan dilakukan pada anak laki-laki berdasarkan kepercayaan Islam. Karena sudah menjadi kewajiban dalam agama Islam. Di Jawa Barat mayoritas penduduknya beragama Islam. Ada pun selain kewajiban, khitanan bertujuan agar alat vital pengantin sunat higienis dari najis dan kotoran.
Sedangkan upacara Sepitan dilakukan pada anak perempuan saat masih bayi. Khitanan biasanya dilakukan saat anak berusia 6 tahun, dan mengundang paraji (dukun) sunat serta kerabat.
12. Tingkepan / Tujuh Bulan
Upacara adat tradisional Jawa Barat yang berhubungan dengan kehidupan manusia lainnya yaitu Tingkepan. Kebiasaan adat ini diadakan saat seorang ibu yang sedang mengandung tujuh bulan.
Tingkepan sedniri berasal dari kata Tingkeb yang artinya tertutup. Maksudnya, si ibu tidak boleh bercampur dengan suaminya selama 40 hari setelah persalinan dan sebagai tanda supaya si ibu mengurangi porsi kerjanya, sebab sedang mengandung besar.
Pengajian, peralatan buat memandikan ibu hamil, dan rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah disiapkan diadakan untuk upacara ini. Ketika pelaksanannya, si ibu hamil dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat dengan air bunga 7 rupa. Lalu, pada guyuran terakhir dimasukan seekor belut sampai mengenai perut ibu hamil ini.
Apa tujuan dari Upacara Tingkepan ini?
Menurut informasi yang kami dapatkan, upacara adat ini bertujuan untuk memohon si bayi dalam kandungan dan si ibu yang hendak melahirkan.
13. Upacara Pernikahan
Ada berbagai macam upacara dalam prosesi adat pernikahan, yaitu upacara yang diadakan pra akad nikah dan yang diadakan pasaca akad nikah. Upacara yang dilakukan sebelum akad nikah yaitu:
- Neundeun omong,
- Ngalamar,
- Seserahan,
- dan Ngeuyeuk Seureuh.
Lalu, upacara yang diadakan setelah akad nikah ialah:
- Mumunjungan,
- Sawer,
- Nincak Endog,
- Buka pintu,
- dan Huap Lingkung.
Neundeun Omong merupakan kunjungan orang tua pria kepada orang tua perempuan guna bersilaturahmi dan memberi pesan kalau si perempuan akan dilamar oleh si pria.
Ngalamar ialah kunjungan orang tua pria buat meminang perempuan, dan membahas rencana pernikahan mereka. Sedangkan Seserahan ialah proses menyerahkan si pria calon pengantin kepada calon mertuanya buat dinikahkan kepada si perempuan.
Wah, banyak juga ya istilah-istilahnya.
14. Tembuni
Berikut ini adalah upacara adat tradisional Jawa Barat yang bernama Tembuni. Kebiasaan Tembuni ialah merupakan upacara adat Sunda untuk memelihara placenta bayi atau ari – ari dimana placenta sang bayi harus dirawat dengan sebaik – baiknya. Placenta bayi ini dipelihara dengan cara memasukkannya ke dalam kain putih dengan disertai garam, gula merah, dan asam untuk kemudian dikubur di dalam tanah di pekarangan rumah si ibu hamil.
Adapun tujuan dari upacara Tembuni ini menurrut warga lokal ialah merupakan agar si anak kedepannya bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang bahagia tanpa ada sebuah kemalangan apapun dalam kehidupannya kelak.
15. Nenjrag Bumi
Nenjrag Bumi adalah upacara tradisional khas Sunda yang sering dilakukan oleh warga Kota Bandung dimana ditujukan kepada anak bayi agar kedepannya tidak menjadi ketakutan atau gampang kaget.
Baca : Rental Mobil Bandung
Nenjrag Bumi dilakukan dengan cara meletakkan anak bayi diatas lantai yang dibuat dari bambu yang dibelah, lalu lantai bambu tersebut diinjak dan dihentak – hentakkan sebanyak 7 (tujuh) kali. Kegiatan tersebut merupakan sebuah terapi untuk sang bayi agar tidak mudah kaget dan tidak menjadi sosok penakut.
16. Ekah
Jika di Jawa adalah Akekah, maka di Kota Bandung ada Ekah. Ekah ialah adat khas Sunda dimana usai kelahiran bayi pada usia 7 hari atau 14 hari atau 21 hari, maka orang tua wajib menyembelih kambing untuk menebus jiwa sang bayi dari Tuhan Yang Maha Esa.
Jika anaknya perempuan (wanita) maka kambingnya harus ada 1 ekor dan jika anaknya laki – laki maka kambingnya harus ada 2 ekor. Ekah sendiri ini ditujukan untuk mensucikan jiwa sang bayi lahir dan bathin sekaligus sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia pemberian keturunan kepada kita sebagai hamba-Nya.
Diberbagai kota sudah tersedia usaha layanan Aqiqah dalam bentuk paket masakan. Mulai dari Jakarta sampai kota/kabupaten yang ada di Indonesia. Salah satunya tersedia jasa Aqiqah Medan yang merupakan ibu kota Sumatera Utara.
17. Nurunkeun
Nurunkeun merupakan upacara tradisional khas Sunda yang ditujukan kepada sang anak bayi dimana anak tersebut wajib diajak keluar rumah dan mengenal lingkungan sekitar.
Pelaksanaannya, upacara Nurunkeun ini digelar pada usia 7 hari setelah bayi lahir.
Pada prosesi upacara Nurunkeun ini usai sang bayi diajak keluar halaman rumah, maka pihak keluarga wajib membuat pohon yang diatasnya digantungkan banyak mainan yang kemudian nantinya mainan – mainan tersebut akan dijadikan rebutan oleh anak – anak kecil.
18. Cukuran
Poin selanjutnya adalah upacara yang bernama Cukuran. Kebiasaan cukuran ini merupakan prosesi pencukuran rambut anak bayi pada usia 40 hari. Adat tradisional Cukuran ini umumnya diawali dengan puji – pujian dimana sang bayi nantinya akan dipotong rambutnya sedikit demi sedikit oleh beberapa orang yang ada di sekitarnya. Mereka yang memotong rambut mulai pihak keluarga hingga sanak famili terdekat termasuk tetangga rumah.
Adapun tujuan dari upacara Cukuran ini ditujukan untuk membersihkan najis pada sang bayi agar sang bayi bisa bersih lahir dan batin dan mampu menjadi anak yang sehat dan bahagia dalam masa tumbuh dan berkembangnya.
19. Turun Taneuh
Turun Taneuh merupakan upacara yang dilakukan kepada sang bayi oleh pihak keluarga dimana sang bayi akan menginjakkan tanah untuk pertama kalinya. Usai bayi menginjakkan tanah untuk yang pertama kalinya, maka usai itu digelar sebuah prosesi sang bayi wajib memilih aneka pemberian orang tuanya seperti padi, emas, uang, dan lain – lain.
Kabarnya berdasarkan mitos yang beredar, apa yang diambil oleh sang bayi itulah jalan hidup yang nantinya akan ditempuh oleh sang bayi. Misal sang bayi mengambil uang, maka dipercaya sang bayi akan dimudahkan dalam proses mencari rejeki dalam kehidupannya kelak.
20. Gusaran
Pada poin ini, upacara Gusaran yang termasuk upacara adat tradisional Jawa Barat. Gusaran merupakan proses upacara tradisional dimana ditujukan kepada anak perempuan dengan cara meratakan gigi anak perempuan dengan alat khusus. Pada Upacara Gusaran ini si anak perempuan juga akan ditindik atau dilubangi telinganya kemudian akan dikenakan anting- anting di daun telinganya.
Kebiasaan Gusaran ini memang bertujuan untuk mempercantik diri sang anak perempuan dimana dirinya diharapkan nantinya akan tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang penuh dengan kecantikan luar dalam.
Demikian kami sampaikan mengenai upacara adat tradisional Jawa Barat untuk Anda. Informasi yang dilengkapi dengan gambar dan penjelasan ini semoga memberikan manfaat kepada para pembaca yang budiman. Jangan sungkan untuk memberikan kritik saran dan apalah namanya demi kemajuan blog ini. Tetap semangat dan Salam Indonesia!
3 komentar