Upacara adat Sumatera Selatan (Palembang) dan gambar serta penjelasannya sangatlah penting untuk dikenal kemudian dilestarikan sampai keanak cucu. Jangan sampai generasi masa depan tidak mengenal apa warisan budaya nusantaranya yang tidak bisa dinilai oleh materi ini.
Upacara adat daerah Sumatera Selatan menjadi khazanah Indonesia yang bisa menarik wisatawan untuk berkunjung datang. Tradisi yang ada dapat dikemas secara apik oleh dinas pariwisata dan mendapat dukungan dari mayoritas masyarakat setempat. Tujuannya, selain melestarikan kearifan lokal, juga bisa menambah devisa pendapatan negara. Karena Palembang salah kota yang sedang dan terus menggenjok potensi destinasi wisatanya.
Kemudian, semua upacaya adat tradisional Sumatera Selatan harus terus menjadi pelajaran di sekolah-sekolah. Gunanya agar para siswa bisa mengenal dengan baik secara ilmiah. Jika ini tidak dilakukan, bukan tidak mungkin generasi muda akan lebih mengenali ritual-ritual asing yang datang dari luar.
Salah satu untuk mempopulerkan upacara adat Sumsel, yang kami lakukan adalah dengan menulisnya. Setelah sebuah tuldain jadi, maka kami pun mempublikasikannya di internet melalui blog sederhana ini. Jika Anda punya cara lain untuk melestariannya, silahkan dilakukan. Kita dukung cara apapun juga guna terjaganya warisan sejarah bangsa agar tidak punah di telan oleh masa.
Sebelumnya, kami sudah pernah menulis informasi tentang kumpulan – kumpulan upacara daerah, yaitu mulai upacara adat Aceh, upacara adat Sumatera Utara dan upacara adat Sumatera Barat serta upacara adat Lampung.
Berikut ini macam – macam upacara adat Sumatera Selatan yang pernah ada.
Daftar Isi
1. Bekarang Iwak

Bekarang Iwak adalah upacara adat Palembang Sumatera Selatan, tepatnya di khas Kecamatan Gandus. Pada tradisi ini dimana dalam proses upacara ini warga akan bersama – sama menangkap ikan untuk dibawa pulang secara gratis. Bekarang mempunyai makna yaitu menangkap sedangkan Iwak berarti ikan.
Hasil tangkapan atas ikan-ikan yang berukuran besar akan dijual oleh pemangku adat. Kemudian uang hasil penjualannya akan dipakai untuk kepentingan umum seperti membangun jalan dan jembatan.
Biasanya, upacara Bekarang Iwak dilakukan masyarakat Palembang setahun sekali.
2. Sunatan
Selain menjadi kewajiban umat Islam, ternyata Sunatan di Palembang mempunyai keunikan dalam pelaksanaanya. Dimana anak laki – laki yang usianya sudah menginjak dewasa akan dibersihkan alat kelaminnya guna kesuciannya dan sebagai simbol kedewasaan bagi dirinya di hadapan keluarga dan masyarakat.
Sunatan merupakan salah satu rangkaian upacara adat yang ada di Palembang yang masih terjaga hingga sekarang ini.
3. Sedekah Rame

Sedekah Rame merupakan upacara adat Sumatera Selatan yang dilakukan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Tujuan dari Sekedah Rame untuk meminta perlindungan dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa agar proses menanam padi hingga panen berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berat.
Pada pelaksanannya, Sedekah Rame ini dilakukan dengan cara membakar kemenyan dan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar berkenan memberkati proses penanaman padi mereka hingga nantinya masa panen tiba.
Baca : Alat Pemanen Padi Tradisional
4. Pemakaman

Pemakaman adat adalah upacara dimana orang meninggal harus dimandikan, dirawat, dikafani hingga akhirnya dikuburkan. Pemakaman merupakan salah satu upacara adat Palembang dimana pihak yang meninggal akan mengadakan pemandian jenazah hingga diberikan kain kafan.
Usai jenazah dikafani maka, masyarakat yang hadir mendoakannya sebelum akhirnya dikuburkan di dalam tanah. Tradisi ini selalu mengundang tangis haru pilu dimana pihak keluarga yang ditinggalkan memang merasa sangat sedih dan kehilangan atas meninggalnya sanak keluarganya.
5. Madik

Madik termasuk sebagai upacara adat Sumatera Selatan. Asal kata Madik adalah bahasa Jawa Kawi yang berarti mendekat atau pendekatan. Dalam pengertian lain, Madik adalah suatu proses penyelidikan atas seorang gadis yang dilakukan oleh utusan pihak keluarga pria.
Adapun tujuan dari tradisi ini untuk perkenalan, mengetahui asal usul serta silsilah keluarga masing-masing serta melihat apakah gadis tersebut belum ada yang meminang.
6. Menyengguk

Menyengguk adalah upacara Sumatera Selatan. Kata lain dari Menyengguk adalah Sengguk berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya memasang “pagar” agar gadis yang dituju tidak diganggu oleh sengguk (sebangsa musang, sebagai kiasan tidak diganggu perjaka lain).
Syarat untuk dilakukannya Menyengguk apabila proses Madik berhasil dengan baik, untuk menunjukkan keseriusan, keluarga besar pria mengirimkan utusan resmi kepada keluarga si gadis. Saat kedatangan, utusan tersebut membawa tenong atau sangkek terbuat dari anyaman bambu berbentuk bulat atau segi empat berbungkus kain batik bersulam emas berisi makanan, dapat juga berupa telor, terigu, mentega, dan sebagainya sesuai keadaan keluarga si gadis.
7. Ngebet
Ngebet merupakan upacara adat Sumatera Selatan yang terjadi bila proses Sengguk telah mencapai sasaran, maka kembali keluarga dari pihak pria berkunjung dengan membawa tenong sebanyak 3 buah, masing-masing berisi terigu, gula pasir dan telur itik. Pertemuan ini sebagai tanda bahwa kedua belah pihak keluarga telah “nemuke kato” serta sepakat bahwa gadis telah ‘diikat’ oleh pihak pria. Sebagai tanda ikatan, utusan pria memberikan bingkisan pada pihak wanita berupa kain, bahan busana, ataupun benda berharga berupa sebentuk cincin, kalung, atau gelang tangan.
Baca : Upacara Tradisional Riau
8. Berasan
Berasan termasuk sebagai upacara adat Sumatera Selatan. Tradisi ini berasal dari bahasa Melayu yang mempunyai arti bermusyawarah. Tujuan bermusyawarah untuk menyatukan dua keluarga menjadi satu keluarga besar. Adapun pertemuan antara dua pihak keluarga ini dimaksudkan untuk menentukan apa yang diminta oleh pihak si gadis dan apa yang akan diberikan oleh pihak pria. Di kesempatan itu, si gadis berkesempatan diperkenalkan kepada pihak keluarga pria.
Dan biasanya suasana berasan ini penuh dengan pantun dan basa basi. Usai jamuan makan, kedua belah pihak keluarga telah bersepakat tentang segala persyaratan perkawinan baik tata cara adat maupun tata cara agama Islam. Pada kesempatan itu pula ditetapkankapan hari berlangsungnya acara “mutuske kato”.
9. Mutuske Kato
Acara upacara Mutuske Kato ini bertujuan kedua pihak keluarga membuat keputusan dalam hal yang berkaitan dengan: “hari ngantarke belanjo” hari pernikahan, saat Munggah, Nyemputi dan Nganter Penganten, Ngalie Turon, Becacap atau Mandi Simburan dan Beratib. Dan untuk menetapkan hari pernikahandan acara Munggah, lazim dipilih bulan-bulan Islam yang dipercaya memberi barokah bagi kedua mempelai kelak yakni bulan Robiul Awal, Robiul Akhir, Jumadilawal, Jumadilakhir.
Bulan-bulan tersebut diyakini bahwa bulan purnama sedang cantik-cantiknya menyinari bumi sehingga cahayanya akan menjadi penerang kehidupan bagi kedua mempelai secerah purnama. Saat “Mutuske Kato” rombongan keluarga pria mendatangi kediaman pihak wanita dimana pada saat itu pihak pria membawa 7 tenong yang antara lain berisi gula pasir, terigu, telur itik, pisang dan buah-buahan.
10. Nganterke Belanjo

Poin selanjutnya adalah upacara adat Sumatera Selatan yang bernama Nganterke Belanjo. Tradisi ini adalah sebuah prosesi yang biasanya dilakukan sebulan atau setengah bulan bahkan beberapa hari sebelum acara Munggah. Sebagai catatan, prosesi ini lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita, sedangkan kaum pria hanya mengiringi saja.
Ada tempat yang sudah lazim dipakai, yaitu uang belanja (duit belanjo) dimasukan dalam ponjen warna kuning dengan atribut pengiringnya berbentuk manggis. Selain itu, Hantaran dari pihak calon mempelai pria ini juga dilengkapi dengan nampan-nampan paling sedikit 12 buah berisi aneka keperluan pesta, antara lain berupa terigu, gula, buah-buahan kaleng, hingga kue-kue dan jajanan. Lebih dari itu diantar pula’enjukan’ atau permintaan yang telah ditetapkan saat mutuske kato, yakni berupa salah satu syarat adat pelaksanaan perkawinan sesuai kesepakatan.
11. Ngocek Bawang

Pada poin yang ini adalah Ngocek Bawang yang merupakan upacara Sumatera Selatan. Tradisi ini diistilahkan untuk melakukan persiapan awal dalam menghadapi hari munggah. Pemasangan tapup, persiapan bumbu-bumbu masak dan lain sebagainya disiapkan pada hari ini. Ngocek bawang kecik ini dilakukan dua hari sebelum acara munggah.
Kemudian pada esok harinya sehari sebelum Munggah, dilakukan acara ngocek bawang besak. Seluruh persiapan berat dan perapian segala persiapan yang belum selesai dikerjakan pada waktu ini. Daging, ayam dan lain sebagainya disiapkan saat munggah, mengundang (ngulemi) ke rumah besannya, dan si pihak yang di ulemi pada masa ngocek bawang wajib datang, biasannya pada masa ini diutus dua orang yaitu wanita dan pria.
12. Munggah

Munggah merupakan puncak rangkaian acara upacara perkawinan adat Sumatera Selatan. Hari munggah umumnya ditetapkan hari libur diantara sesudah hari raya Idul Fitri & Idul Adha. Pagi hari sebelum acara, dari pihak mempelai wanita datang ke pihak laki-laki (ngulemi) dengan mengutus satu pasang lelaki dan wanita.
Masyarakat yang datang, selain melibatkan banyak pihak keluarga kedua mempelai, juga dihadiri para tamu undangan. Munggah memiliki makna agar kedua pengantin menjalani hidup berumah tangga selalu seimbang atau timbang rasa, serasi dan damai.
Tempat pelaksanaan Munggah dilakukan dirumah keluarga pengantin wanita. Biasanya, sebelum prosesi Munggah dimulai terlebih dahulu dibentuk formasi dari rombongan pria yang akan menuju kerumah kediaman keluarga pengantin wanita.
Baca : Alat Musik Tradisional Indonesia
13. Kumpulan (grup) Rudat dan Kuntau
Selanjutnya adalah upacara adat Rudat dan Kuntau. Dimana pengantin Pria diapit oleh kedua orang tua, dua orang pembawa tombak, seorang pembawa payung pengantin, didampingi juru bicara, pembawa bunga langsih dan pembawa ponjen adat serta pembawa hiasan adat dan gegawan.
Tidak tahu apa makna ada yang membawa senjata perang tradisional bernama tombak. Bisa jadi ini adalah ciri khas dari kearifan lokal di Palembang yang menjadi perbedaan dari daerah lain.
14. Nyanjoi
Upacara adat Sumatera Selatan selanjutnya adalah yang bernama Nyanjoi. Waktu pelaksanaan tradisi ini adalah disaat malam sesudah Munggah dan sesudah Nyemputi. Lazimnya, Nyanjoi dilakukan sebanyak dua kali, yaitu malam pertama yang datang Nyanjoi rombongan muda-mudi, malam kedua orang tua-tua. Demikian juga pada masa sesudah nyemputi oleh pihak besan lelaki.
15. Nyemputi

Nyemputi adalah kelanjutannya dari upacara Munggah. Dua hari sesudah Munggah biasannya masyarakat Palembang melakukan acara Nyemputi. Pihak pengantin lelaki datang dengan rombongan menjemputi pengantin untuk berkunjung ketempat mereka, sedangkan dari pihak wanita sudah siap rombongan untuk nganter ke pengantin. Pada waktu Nyemputi penganten ini di rumah pengantin lelaki sudah disiapkan acara keramaian (perayaan). Perayaan yang dilakukan untuk wanita-wanita pengantin ini baru dilakukan pada tahun 1960-an, sedangkan sebelumnya tidak ada.
16. Nganter Penganten

Dan pada poin ini, kita sedkit mengulas tentang upacara adat Nganter Penganten. Pada masa Ngater Penganten oleh pihak besan lelaki ini, di rumah besan wanita sudah disiapkan acara mandi simburan. Mandi simburan ini dilakukan untuk menyambut malam perkenalan antara pengantin lelaki dengan pengantin wanita.
Di malam perkenalan ini merupakan tuntasnya tugas dari Tunggu Jeru yaitu wanita yang ditugaskan untuk mengatur dan memberikan petunjuk cara melaksanakan acara demi acara disaat pelaksanaan pernikahan. Wanita Tunggu Jeru ini dapat berfungsi sebagai penanggal atau penjaga keselamatan berlangsungnya semua acara perkawinan yang kemungkinan akan ada gangguan dari orang yang tak senang.
Baca : Tarian Daerah Tradisional Sumatera Selatan
Kami simpulkan sampai disini dulu penyajian informasi tentang upacara adat Sumatera Selatan dan gambar serta penjelasannya. Semoga memberikan manfaat kepada yang membaca. Silahkan beri saran, kritik dan komentar.
Oh iya, bagi yang hendak datang kedaerah Palembang, beberapa waktu yang lalu kami sudah menuliskan daftar alamat rental mobil di Palembang. Mana tahu Anda membutuhkannya guna membantu perjalanan Anda.