Upacara adat Aceh dan penjelasannya adalah informasi mengenai tradisi yang diwarisi oleh masyarakat Aceh dari masa lalu sampai saat ini. Beragam makna dan pesan moral dari ritual adat tersebut menguatkan ciri khas dari kearifan lokal yang harus terus dilestarikan dari masa ke masa.
Upacara adat Aceh dan daerah lainnya di Indonesia merupakan khazanah Indonesia yang sangat kaya dibanding dari nilai materi semata. Inilah kekayaan yang bisa menjadi modal untuk menarik para wisatawan datang. Apalagi saat ini tren wisata di Aceh terus mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pengenalan upacara adat kepada turis bisa menjadi destinasi wisata alternatif atau tambahan guna meningkatkan pendapatan daerah.
Selain upacara adat Aceh, kami sudah mengenalkan kepada para pembaca tentang alat musik tradisional Aceh yang memiliki keunikannya (bentuk, bunyi sampai cara memainkannya). Biasanya, beberapa alat musik tersebut dimainkan pada saat upacara adat di tanah Rencong tersebut.
Kemudian, kami juga pernah menuliskan tentang senjata tradisional Aceh. Sebut saja salah satunya Rencong yang namanya sudah mendunia. Dari berbagai sumber kami kumpulkan apa saja senjata tradisional yang di pakai masyarakat Aceh saat melawan para penjajah.
Jadi, informasi upacara adat Aceh bertujuan melengkapi artikel terkait Aceh yang sudah dipublikasikan sebelumnnya. Gambar dan keterangannya serta maknanya akan kami sampaikan dan semoga bisa dengan mudah dipahami oleh pembaca.
Apa saja upacara-upacara adat Aceh? Berikut informasinya.
Daftar Isi
1. Tulak Bala

Yang pertama ini namanya Tulak Bala. Tradisi masyarakat Aceh merupakan cara tersendiri mereka dalam menolak bala bencana yang ditakuti, yaitu dengan melangsungkan upacara yang diberi nama Tulak bala.
Ada penentuan waktu khusus ritual ini dilaksankan. Biasanya Tulak Bala dilakukan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dan berlokasi di tempat yang tidak umum, seperti pantai atau tepian sungai.
Ada pun aktivitas yang dilakukan saat upacara ini digelar, mayarakat Aceh memanjatkan doa dan zikir agar terhindar dari bala bencana.
2. Peutron Aneuk

Peutron Aneuk merupakan upacara adat Aceh yang memiliki ciri khas tersendiri. Ritual ini dilangsungkan untuk menyambut kelahiran bayi. Terdapat perbedaan waktu pelaksanaan upacara Peutron Aneuk. Ada yang melaksanakan upacara ini pada hari ke-7 setelah kelahiran, ada yang menyelenggarakannya pada hari ke-44 setelah kelahiran bahkan ada pula yang melangsungkannya setelah bayi berumur lebih dari satu tahun.
Prosesi ritual ini banyak melibatkan ritual-ritual simbolik, salah satunya yaitu bagian dimana sehelai kain direntangkan di atas kepala bayi, sebutir kelapa kemudian dibelah di atas kain. Kelapa yang telah dibelah akan diberikan kepada kedua belah pihak orang tuanya sebagai simbol dan juga harapan tetap terjadinya kerukunan di kedua belah pihak. Makna lain, ada juga yang mengatakan bahwa tujuan pembelahan kelapa tersebut dimaksudkan agar si bayi tidak mudah takut dengan suara petir.
3. Peusijuk

Peusijuk adalah salah satu upacara atau prosesi adat dalam budaya masyarakat Aceh. Tujuan dari upacara ini untuk mendoakan orang yang akan di-peusijuk agar diberikan keselamatan, ketentraman dan kebahagiaan dalam kehidupan.
Kapan Peusijuk dilaksanakan? Upacara ini umumnya dilakukan ketika seseorang menempati rumah baru, naik haji, menikah, dan hal lain yang sedikit banyak berkaitan dengan ungkapan rasa syukur sekaligus harapan agar terus dilimpahi kebaikan.
Berikut tata cara pelaksanaan Peusijuek dilakukan dengan urutan:
- Pertama dengan menaburkan beras padi (breuh padee),
- Kedua menaburkan air tepung tawar,
-
Ketiga menyunting nasi ketan (bu leukat) pada telinga sebelah kanan dan terakhir adalah pemberian uang (teumutuek).
Baca : Rumah Adat Aceh
4. Samadiyah

Samadiyah adalah upacara doa bersama yang dilakukan masyarakat Aceh untuk orang yang baru meninggal dunia. Biasanya Samadiyah dilakukan selama tujuh malam berturut-turut setelah kepergian almarhum/ah. Samadiyah malam pertama biasanya dilakukan di Meunasah (masjid/mushala/surau) setelah shalat maghrib berjamaah. Kemudian Samadiyah malam ketiga dilangsungkan dirumah duka.
Para tamu datang membawakan buah tangan ala kadarnnya untuk ahli keluarga yang ditinggalkan. Sebelum berdoa, para tamu disuguhi makan malam bersama. Dan Samadiyah malam ketujuh biasanya lebih ramai daripada malam lain, kerabat dan tetangga datang ke rumah duka membawa beras, gula, kopi dan lain-lain lalu berdoa bersama.
5. Meugang

Meugang ialah tradisi masyarakat Aceh terkait penyambutan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Meugang merupakan tradisi paling menarik bagi kamu penyuka daging sapi atau kambing. Sebab, ketika Meugang, rumah-rumah penduduk akan dipenuhi aroma masakan yang menggugah selera. Dalam tradisi Meugang, daging yang telah dimasak akan dinikmati bersama keluarga dan kerabat serta dibagi-bagikan pada anak yatim/piatu dan kaum dhuafa. Tradisi ini dilangsungkan tiga kali dalam setahun, yaitu masing-masing dua hari sebelum Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha.
6. Ba Ranub Kong Haba

Ba Ranub Kong Haba adalah upacara adat Aceh yang dilaksanakan pada hari yang telah di tentukan oleh kedua belah pihak calon pengantin. Yang terjadi pada upacara ini, yaitu datangnya serombongan orangtua dari pihak calon pengantin pria kepada pihak orang tua calon pengantin wanita untuk melaksanakan acara pertunangan. Pada pihak pengantin pria membawa sirih penguat ikatan (ranub kong haba), yaitu sirih lengkap dengan alat-alatnya dalam cerana, pisang talon (pisang raja dan wajib satu talam) serta ada juga yang menyertakan kain baju.
Selain itu, juga dibawa benda mas satu atau dua mayam dengan ketentuan menurut adat. Kalau ikatan ini putus disebabkan oleh pihak pria, tanda mas tersebut harus dikembalikan dua kali lipat. Pada upacara ini juga ditentukan hari dan bulan diadakannya pernikahan dan pulang pengantin (Woe Linto).
Baca : Pakaian Adat Aceh
7. Jeulame

Berikut ini adalah upacara adat Aceh yang bernama Jeulame. Dalam adat istiadat masyarakat Aceh, hanya dikenal mahar berupa emas dan uang. Mahar ditiap Aceh berbeda. Pada bagian Barat Aceh mahar berupa emas yang diberikan sesuai kesepakatan, biasanya berjumlah antara belasan sampai puluhan macam. Sedang pada daerah Timur, mahar yang diajukan dibawah belasan tapi menggunakan uang tambahan yaitu disebut “peng angoh” (peng-uang, angoh-hangus),
Apa yang diberikan tersebut bertujuan untuk membantu pihak perempuan dalam menyelenggarkan pesta dan membeli isi kamar. Mahar biasanya ditetapkan oleh pihak perempuan dan biasanya kakak beradik memiliki mahar yang terus naik atau minimal sama. Namun semua hal tentang mahar ini dapat berubah-ubah sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
8. Idang dan Peuneuwoe

Pada poin kedelapan ini upacara adat Aceh bernama Idang (hidang) dan Peunuwo yang mempunyai makna Pemulang adalah hidangan yang diberikan dari pihak pengantin kepada pihak yang satunya. Umumnya ketika Intat linto baro (mengantar pengantin pria), rombongan membawa Idang untuk pengantin wanita berupa pakaian, kebutuhan dan peralatan sehari-hari untuk calon istri. Dan pada saat Intat dara baro (mengantar pengantin wanita),
Kemudian rombongan biasanya akan membawa kembali talam yang tadinya diisi dgn barang-barang tersebut dengan makananan khas Aceh seperti bolu, kue boi, kue karah, wajeb, dan lain sebagainya, sebanyak talam yang diberikan atau boleh kurang dengan jumlah ganjil.
Baca : Tempat Wisata Aceh
Demikian kami sampaikan informasi tentang upacara adat Aceh dan penjelasannya untuk pembaca. Simak terus blog ini guna mendapatkan banyak informasi bermanfaat lainnya.
Nah, bagi Anda yang mempunyai waktu khusus untuk datang ke Aceh guna berwisata dengan paket wisata Aceh, kami sudah mengumpulkan alamat rental mobil di Aceh. Semoga bisa membantu perjalanan Anda.
nah paling enak nih upacara Idang dan Peuneuwoe banyak makanan