Rumah adat Riau juga disebut dengan rumah adat Melayu. Riau dan Melayu dua kata yang sudah untuk dipisahkan. Karena orang yang tinggal di Riau sejatinya atau kebanyakan adalah orang yang bersuku Melayu. Jadi bicara mengenai rumah tradisional Riau sama saja kita bicara rumah adat Melayu.
Dalam penjelasan rumah adat Melayu berikut, Anda akan mendapati informasi lengkap. Kami mengumpulkannya selama beberapa hari sampai akhirnya dipublikasikan pada blog ini.
Sejatinya, rumah adat Riau ada yang dipakai untuk pribadi dan ada yang difungsikan untuk kepentingan bersama. Biasanya rumah adat yang dipakai bersama lebih besar bangunannya.
Nilai dan filosofis akan ditemukan saat kita mengetahui rumah khas Melayu. Semua bangunan sejarah yang ada mempunyai alasan kenapa dibangun demikian. Contohnya ada rumah ada memiliki anak tangga sebanyak 5 buah anak tangga. Ternyata mengacu kepada rukun Islam yang berjumlah 5. Perpaduan seni dan agama dalam membangun rumah adat Melayu sepertinya menjadi sebuah syarat yang mutlak dna tidak bisa ditawar lagi.
Sebagian rumah adat Melayu dapat dijumpai di Pekanbaru (ibukota Riau) dan diluar Pekanbaru, seperti Kampar dan Siak. Ada juga rumah adat yang berlokasi di Riau dan didaerah Kepulauan Riau (Kepri). Ya, Kepri dulu adalah daerah yang menjadi bagian dari Riau.
Namun tidak semua rumah adat Melayu yang masih difungsikan oleh warga setempat. Ada rumah tradisional yang hanya tinggal sejarah saja. Kalaupun masih ada hanya tinggal bangunannya. Fungsinya sudah diambil alih oleh bangunan modern lain, seperti hotel dan aula pertemuan.
Baiklah, untuk lebih jelasnya, langsung saja kita menuju pada informasi satu persatu rumah adat Riau Melayu yang berhasil kami kumpulkan. Dan perlu diketahui oleh pembaca, sebelumnya kami sudah banyak menulis artikel mengenai rumah adat Aceh, Rumah adat Palembang dan Rumah adat Jawa Barat.
Terkait dengan budaya Riau, kami juga sudah menulis senjata tradisional Riau dan alat musik tradisional Riau.
Daftar Isi
Berikut Adalah Nama-nama Rumah Adat Riau Melayu
1. Rumah Adat Melayu yang disebut Rumah Atap Lontik

Rumah Melayu Atap Lontik ialah rumah adat yang berasal dari Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Nama lain rumah adat Riau bias disebut dengan rumah Lancang atau Pancalang. Mungkin muncul pertanyaan dikepada Anda, mengapa disebut dengan sebutan Lancar atau Pancalang? Hal ini karena rumah ini memiliki hiasan di dinding depan rumah dengan bentuk perahu.
Dilihat dari kejauhan rumah ini akan terlihat seperti rumah-rumah perahu yang biasa dibuat oleh penduduk.
Kebudayaan Minangkabau konon mempengaruhi keberadaan rumah adat Atap Lontik ini. Karena sebagian besar rumah ini terdapat di daerah yang berbatasan langsung dengan Sumatera Barat.
Anak tangga rumah yang berjumlah lima atau bilangan ganjil lainnya ini dinilai sebagai sebuah keunikan bagi kebanyakan orang.
Memilih angka lima karena mereka meyakini tentang agama Islam yang berdiri atas lima perkara. Yakni Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa dan Naik Haji itulah alasan mereka memilih angka lima. Bentuk tiang pada rumah ini juga bervariasi, ada yang segi empat, segi enam, segi tujuh, segi delapan dan segi sembilan.
2. Balai Salaso Jatuh

Balai salaso jatuh merupakan sebuah bangunan yang digunakan untuk musyawarah dan kegiatan bersama lainnya. Jadi bisa disimpulkan bahwa Balai Salaso Jatuh yang berasal dari Riau ini tidak digunakan untuk rumah pribadi. Tetapi digunakan untuk keperluan musyawarah dan kegiatan umum lainnya.
Ternyata, rumah adat Melayu ini memiliki sebutan – sebutan lain yang juga dikenal di kalangan masyarakat sekitar. Ada pun sebutan itu, seperti Balai Panobatan, Balirung Sari, Balai Karapatan dan masih banyak lagi. Namun akhir-akhir ini fungsi bangunan ini digantikan oleh rumah penghulu atau masjid.
Rumah khas Riau ini mempunyai selaras keliling, dan memiliki lantai yang lebih rendah dari ruangan tengah. Selain itu Balai Salaso Jatuh juga diperindah dengan berbagai macam ukiran yang berbentuk tumbuhan atau hewan. Setiap ukiran yang terdapat di bangunan ini memiliki sebutan masing-masing.
3. Rumah Adat Melayu Atap Limas Potong

Adalah rumah adat tradisional suku Melayu yang hidup di Riau. Rumah Atap Limas Potong ini memiliki atap yang berbentuk seperti halnya bangun limas yang terpotong. Kita dapat menemuinya di Provinsi Riau.
Sebagaimana rumah adat Riau lainnya, rumah ini juga termasuk dalam kelompok rumah panggung. Panggung pada rumah ini memiliki tinggi sekitar 1.5 meter dari permukaan tanah. Luas tidaknya rumah ini tergantung kemampuan dan keinginan pemilik.
Semakin kaya orangnya, maka semakin besar pula rumahnya dan juga semakin banyak hiasan yang ada. Akan tetapi hal itu tidak menjadi patokan utama yang menentukan basar kecilnya rumah ini. Tergantung keinginan dan kehendak dari sang pemilik rumah.
4. Rumah Adat Riau Yang Disebut Selaso Jatuh Kembar

Rumah adat ini adalah rumah adat yang telah ditetapkan oleh Gubernur Riau (Imam Munandar) sebagai rumah adat resmi Provinsi Riau. Rumah Selaso Jatuh Kembar ini juga menjadi ikon dan simbol untuk Provinsi Riau sendiri.
Uniknya, rumah tradisional ini memiliki bentuk hampir mirip dengan bentuk Balai Salaso Jatuh. Bedanya, apabila Balai Salaso lebih difungsikan untuk kegiatan musyawarah atau kegiatan bersama lainnya. Sedangkan rumah ini cenderung digunakan untuk keperluan masing-masing individu.
5. Rumah Adat bernama Melayu Lipat Kajang

Memiliki bentuk menyerupai bentuk perahu menjadi alasan disebutnya dengan Lipat Kajang. Ujung atas bangunan rumah ini melengkung ke atas dan sering disebut dengan Lipat Kejang atau Pohon Jerambah oleh masyarakat setempat.
Sayangnya, rumah khas Riau ini jarang atau bahkan tidak lagi digunakan. Salah satu penyebab hilangnya kebudayaan ini karena adanya konsep atau arsitektur bangunan dari Negara Barat.
6. Rumah Adat Melayu Yang Dikenal Sebagai Rumah Belah Bubung

Rumah Adat Belah Bubung juga merupakan rumah dengan struktur panggung dengan tinggi sekitar 2 meter dari permukaan tanah. Sama seperti kebanyakan rumah adat Melayu.
Kenapa dinamakan demikian?
Diberi nama Belah Bubung karena rangka atap dari rumah adat Kepulauan Riau ini dibuat menggunakan Bubung (bambu) dan desainnya seperti terbelah dua.
Rumah Belah Bubung secara umum dibuat menggunakan material yang berasal dari alam. Untuk tiang, gelagar, tangga, bendul, dan rasuk digunakan kayu; dinding dan lantai menggunakan papan; sementara atapnya yang berbentuk seperti pelana kuda terbuat dari daun nipah atau daun rumbia.
7. Rumah Singgah Sultan Siak

Rumah kayu ini seringkali menjadi tempat persinggahan Sultan Siak, Sultan Syarif Qasim II.
Model bangunan rumah masih seperti aslinya dengan sentuhan warna krem, kuning keemasan, dan biru.
“Rumah panggung ini terbuat dari kayu, atapnya menggunakan asbes. Pondasinya terbuat dari tiang seperti ini karena antisipasi pasangnya air sungai,” ujar pemandu wisata Pekanbaru Heritage Walk, Iwan Syawal, beberapa waktu lalu, dilansir Kompas.
8. Rumah Inap Sultan Syarif Qasim II

Inilah rumah tempat bermalam Sultan Syarif Qasyim II, ketika Sultan Siak ke-12 ini berkunjung ke Senapelan (Pekanbaru), semasa silam. Tak banyak masyarakat Riau atau pun warga sekitar tahu keberadaan rumah tua di Gang Pinggir ini.
Ada dua rumah yang selama ini pernah dikunjungi Sultan Siak, yaitu Rumah Singgah dan Rumah Inap. Namun, kebanyakan warga hanya mengetahui keberadaan Rumah Singgah yang berada di Jalan Perdagangan, di tepi Sungai Siak. Sementara Rumah Inap banyak yang belum tahu.
Inilah salah satu rumah adat Riau yang bisa dibilang ditutupi sejarah. Banyak orang yang tidak tahu bahwa rumah ini pernah jadi tempat inap sang Raja.
Bagaimana? Apakah anda sudah terbantu dengan informasi diatas? Mohon untuk disebarkan kepada teman – teman yang membutuhkan ya.
Kami cukupkan mengenai informasi rumah adat Riau Melayu pada kesempatan yang baik ini. Jangan sungkan untuk memberikan komentar dan saran serta kritik.
Baca >> Rental Mobil di Riau
Tetap Semangat & Selalu Bahagia!
4 komentar