Alat musik tradisional Nias dan cara memainkannya, beserta penjelasan dan gambarnya sengaja ditulis untuk Anda. Kesengajaan ini dilakukan demi memenuhi artikel yang terkait dengan arsip alat musik tradisional Indonesia yang terus di update dari waktu kewaktu, sesuai dengan waktu dan mood dalam menulis.
Kali ini, giliran menulis tentang artikel atau informasi alat musik zaman dulu (dahulu) suku Nias yang khas dan unik. Informasi ini pun dinilai tidak kalah pentingnya dengan artikel sebelumnya, seperti: alat musik petik tradisional, alat musik tradisional Jawa Barat, dan alat musik lainnya.
Sebelum langsung ke informasi inti, ada baiknya Kami sampaikan sekilas tentang daerah Nias yang penting untuk di ketahui oleh Anda.

Berdasarkan penelusuran yang kami lakukan, Nias adalah kepulauan yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera, Indonesia, dan secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Pulau ini merupakan pulau terbesar dan paling maju di antara jejeran pulau-pulau di pantai barat Sumatera dan dihuni oleh mayoritas suku Nias (Ono Niha) yang masih memilih budaya megalitik.
Daerah ini memiliki objek wisata penting seperti selancar (surfing), rumah tradisional, penyelaman, Fahombo (lompat batu), dan masih banyak yang lain.
Pulau yang mempunyai luas dengan wilayah 5.625 km² ini berpenduduk hampir 900.000 jiwa.
Agama mayoritas di daerah ini adalah Kristen protestan dimana 90% penduduknya memeluk agama ini, sedangkan sisanya beragama Katolik, Islam, dan Budha. Penduduk yang memeluk agama Islam pada umumnya berada di wilayah pesisir Kepulauan Nias.
Pulau Nias yang sebelumnya adalah hanya 1 kabupaten saja, saat ini telah dimekarkan menjadi empat kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota Gunung Sitoli.
Daftar Isi
1. Druri Dana

Druri Dana adalah alat musik tradisional yang unik berbentuk garpu tala. bagi Anda yang ingin melihatnya bisa dengan mendatangi museum daerah.
Alat musik tradisional khas suku nias menambah kekayaan budaya atau kesenian di provinsi Sumatera Utara secara lokal dan Indonesia secara nasional.
Bahan alat musik tersebut terbuat dari bahan bambu. Biasanya dipakai jika ada pagelaran kesenian adat Nias.
2. Aramba

Aramba (gong) adalah jenis alat musik tradisional khas suku nias ini terbuat dari logam besi, atau Kuningan. Sama seperti Gong pada umumnya. Aramba juga dimainkan dengan cara dipukul oleh tangan dan mengeluarkan suara yang sangat keras.
Alat musik aramba biasa di gunakan pada saat upacara adat, seperti upacara kematian Siulu (raja), upacara owasa dan upacara adat lainnya.
3. Fondrahi

Fondahi adalah alat musik yang serupa dengan gendang kecil, dulu Fondahi hanya di gunakan oleh ere atau para pemuka agama untuk melakukan ritual atau persembahan kepada dewa-dewa. Sekarang Fondahi digunakan sebagia salah kesenian musik khas suku nias.
Baca: Pahlawan Sumatera Utara
4. Lagia

Lagia adalah nama salah satu alat musik tradisional nias. Walaupun namanya sama dengan benda langit atau asteroid tapi bentuk atau pembuatan alat musik Lagia tidak berhubungan dengan asteroid.
Alat musik Lagia hampir sama dengan Rebab atau Biola. Bedanya Lagia di mainkan dengan cara meletakkannya diatas permukaan tanah atau apa saja lalu di mainkan dengan cara di gesek.
5. Göndra

Göndra atau gendang dalam bahasa Indonesia adalah salah satu alat musik tradisional khas suku nias, tidak jauh berbeda dengan gendang pada umumnya. Alat musik Göndra terbuat dari kulit sapi atau kerbau, suaranya juga sama.
6. Nduri Mbewe

Duri Mbewe adalah alat musik nias yang sangat unik. Alat musik yang berbentuk gitar perahu ini hanya memiliki satu senar. Gitar satu senar ini hanya memiliki satu nada saja, biasanya dipadukan dengan alat musik lainnya.
Akhirnya selesai juga Kami menginformasikan kepada Anda tentang 6 alat musik tradisional Nias. Jika ada yang kurang, silahkan hubungi Kami melalui kolom komentar.
Oh iya, bagi Anda yang mau ke Nias dan membutuhkan alat transportasi darat berupa mobil, silahkan baca info-nya pada artikel rental mobil di Medan.
Credit: tanoniha.net, Google