Hubungan Jokowi dan Prabowo sampai sekarang memang masih belum bisa di tebak keberlangsungannya, sebab keduanya memang masih sama-sama enggan untuk membangun komunikasi. Tidak salah jika sebagai pemenang “merangkul” yang kalah, walau kemenangan Jokowi penuh dengan catatan bagi Prabowo dan Koalisi Merah Putih.
Sedang Prabowo pun yang juga layak di salahkan karena telah memelihara anak “macan”. Memang, “pengkhianatan” PDIP kepada Prabowo tidak bisa di anggap sepele oleh publik, namun begitu tidak ada jalan lain bagi Prabowo selain mengambil hikmah dari semua itu. Sehingga diharapkan tidak terulang kembali kejadian yang “getir” tersebut. Mendukung Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, eh Jokowi malah menjadi musuh politik di Pilpres 2014. Membuat perjanjian batu tulis sama PDIP untuk mendukung pencapresan Prabowo 2014, eh janji PDIP cuma janji saja, tanpa bukti. Komitmen Megawati memang susah di pegang, mungkin itulah kesimpulan Prabowo terhadap Ketua Umum Partai moncong putih yang sudah menjadi seorang janda.
Pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menganulir segala macam gugatan Prabowo-Hatta terkait sengketa Pilpres 2014 ternyata melahirkan sikap yang berbeda bagi Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa sendiri. Dimana beberapa waktu yang lalu, kedapatan bahwa Hatta sudah memberikan selamat kepada Joko Widodo sebagai Presiden terpilih. Namun langkah serupa tidak dilakukan ayah dari Didiet Prabowo tersebut. (Baca: Profil dan Rumor Didiet Prabowo).
Apa yang salah dengan sikap Prabowo? Lalu kok bisa-bisanya muncul sebuah wacana bahwa Mungkinkah Hubungan Jokowi-Prabowo Mirip SBY-Mega?
Dilansir Okezone, Jum’at (5/9/14), sejak ditetapkan sebagai Presiden RI terpilih, Joko Widodo (Jokowi) belum terlihat menemui lawannya di Pilpres 2014, Prabowo Subianto. Memang, baik Prabowo maupun Jokowi belum ada yang berinisiatif untuk melakukan rekonsiliasi.
Padahal saat Pilpres berlangsung keduanya bersaing sengit untuk bisa memangku kekuasaan periode 2014-2019.
Spekulasi bermunculan, mungkinkah hubungan keduanya bakal seperti para pendahulunya, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati Soekarnoputri yang terlihat kurang harmonis?
Pengamat politik asal Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta, Ahmad Bakir Ihsan memilih untuk memandang sikap keduanya secara positif.
“Saya kira pada akhirnya akan terjadi rekonsiliasi, sekarang karena tim Prabowo masih memproses gugatannya,” ujarnya kepada Okezone, di Jakarta, Kamis (4/9/2014) malam.
Namun, Bakir menilai perlu adanya sikap toleran dan rendah diri di antaranya keduanya, baik itu yang pemenang pilpres maupun yang kalah. Pasalnya, hubungan keduanya harus menjadi contoh di masyarakat sebagai bentuk kenegarawanan.
“Yang menang merangkul yang kalah dan yang kalah mau dirangkul, minimal mengakui kemenangan lawan,” tuturnya.
Seperti diketahui, sejak MK memutus perkara PHPU Pilpres secara otomatis memantapkan Jokowi sebagai presiden terpilih, namun Prabowo hingga kini belum mengucapkan selamat kepada Jokowi, berbeda dengan wakilnya, Hatta Rajasa yang lebih dulu mengucapkan selamat atas keterpilihan Jokowi dalam sebuah pertemuan di kediaman Ketua Partai NasDem, Surya Paloh.
Jokowi pun sebagai presiden terpilih tidak berniat untuk melakukan rekonsiliasi dengan Prabowo. Pasalnya saat disinggung mengenai hal tersebut ia sempat mengaku tidak ada masalah dengan Prabowo sehingga tidak perlu melakukan rekonsiliasi. Ke depan, akankah hubungan keduanya seperti Mega dan SBY? Tinggal nanti dilihat siapa yang paling rendah diri untuk memulai rekonsiliasi tersebut.