Dunia internasional, khususnya yang pro kepada Israel selalu menginginkan perlengkapan senjata Pejuang Palestina di lucuti. Namun hal tersebut mendapat perlawanan bukan hanya dari Pejuang Palestina, warga Gaza pun tidak ada yang rela persenjataan Pejuang Palestina di lepas. Mereka rela melepas arwah para Syuhada, namun tidak untuk senjata. Karena senjata adalah ruh atau arwah warga Gaza.
Mengisolasi perlawanan dan menjauhkannya dari dukungan rakyat, menjadi target penjajah zionis, bukan hanya pada agresi militer terakhir ke Gaza, melainkan di sepanjang sejarah pertikaian Palestina-zionis, sejak awal penjajahan terhadap Palestina, seperti dirilis Info Palestina, Minggu (31/8/14).
Namun karakter rakyat Palestina di sepanjang sejarah perjuangannya lebih percaya dan terus memberikan dukungan bagi perlawanan Palestina.
Melucuti Senjata Perlawanan
Kalimat di atas menjadi judul utama di sejumlah media yang tak dihiraukan warga Gaza.
Selama agresi terakhir, seorang warga yang rumahnya digempur zionis, tetap mengatakan, “Saya bersama perlawanan.” Bahkan setelah anak-anaknya gugur, seorang warga mengatakan, “Allah selalu bersama perlawanan, dan saya bersama mereka, teruslah gempur penjajah zionis.”
Kondisi seperti ini hadir di lapangan, dan rakyat terus mendukung perlawanan dan menolak perlucutan senjata perlawanan.
Senjata Berbanding Arwah
Seorang warga, Samih Riyadh (32) menganggap senjata perlawanan seperti ruh bagi bangsa ini. Kepada koresponden Pusat Informasi Palestina ia menyatakan, “Senjata seperti ruh bangsa Palestina, siapa yang hendak melucuti senjata kami, maka ia ingin mencabut nyawa kami, karena itu kami akan memeranginya.”
Pejuang Perlawanan Anak-anak Kami
Seorang warga, Haji Abu Muhammad Hijazi (53) mengatakan, perlawanan merupakan kehormatan dan kemuliaan kami. Senjata perlawanan yang sederhana hanya kami gunakan untuk membela tanah air kami. Karena itu senjata tak mungkin dilepaskan, untuk membela anak-anak dan warga sipil dari serangan penjajah zionis.
Para pejuang perlawanan merupakan anak-anak kami, tegas Haji Muhammad Hijazi.
Seorang pemuda, Mazen Ashqar (30) menyebutkan, perlucutan senjata perlawanan tak mungkin dilakukan, sebab penjajah zionis tak mengenal selain bahasa kekuatan. Karenanya tak mungkin kita menyerahkan senjata dengan cara apapun.
Mimpi Netanyahu
Seorang pemuda, Mushtafa Hulwu menganggap perlucutan senjata perlawanan, merupakan garis merah yang tak boleh dilewati, meski hanya sebagai wacana.
Rekannya, Isa as-Syanti menyatakan, wacana perlucutan senjata tak hanya sekedar mimpi Netanyahu dan pemerintahannya. Ia menyerukan kepada segenap media untuk menyebarkan kepada dunia bahwa rakyat Palestina tak mungkin melepaskan senjata perlawanan.