Tiga elit ‘Israel’ itu; PM ‘Israel’, Bennyamin Netanyahu, Menhan Ya’alon, dan panglima perang Gants dinilai sangat lelah secara psikis, tidak berdaya mengadapi public ‘Israel’ dengan pesan lisan yang terstruktur atau sekadar menunjukkan keseriusan atau saat memberikan ancaman kepada Palestina. Semua kata-kata yang keluar dari mereka saat konferensi pers sangat kering dan menyimpan kekhawatiran mendalam di masa mendatang.
Konsultan media Husam Shaker dalam analisis yang disampaikan di Brussel menegaskan, bahasa yang disampaikan ketiga elit ‘Israel’ itu sangat buruk. Bahkan konferensi persnya itu terlambat sehari dari yang dijadwalkan.
Nentanyahu misalnya, dinilai bahasa tubuhnya terlihat sangat terlihat tanda-tanda kelelahan, kurang tidur. Pemandangan yang sama tanpak pada Netanyahu saat sepekan agresi yang ke Gaza yang dikagetkan oleh kejutan dari kelompok perlawanan Palestina.
Bahkan Netanyahu juga lebih sering menundukkan kepala saat konferensi untuk menengok catatan tertulisnya dan sering berkedip.
Netanyahu juga terlihat mengisyaratkan dengan kepalanya bukan tangannya saat bicara tentang “pasukan kami yang heroik” ke arah Ya’alon dan Gants. Hal itu berbeda dengan kebiasan Netanyahu.
Dan begitulah Netanyahu mengalami ketidakstabilan emosi saat konferensi pers hingga berakhir.
Ya’alon Bingung dan Gants Stress
Saat menyebut kehebatan pasukan ‘Israel’, matanya memandang ke titik yang jauh ke arah kiri. Ini dinilai oleh pakar bahasa tubuh sebagai ungkapan ketidak konsentrasian dan kesulitannya menerima kenyataan sulit.
Sementara Gants saat bicara dinilai mengalami tekanan berat yang terlihat dari duduknya yang berada di ujung meja dan lebih jauh dari podium dan separuh wajahnya bagian bawah disembunyikan di balik tangannya.
Seharusnya Gant tanpak dengan wajah sedikit memerah. Namun sepanjang duduk, ia tak berhenti menggerakkan tangannya, lengan, dan kepalanya yang menunjukkan wajah sedang terkena krisis dan tekanan.
Yang mengalihkan perhatian adalah sikap Gants yang berkali-kali menggaruk dengkulnya. Sikap ini sangat tidak layak dengan pejabat tinggi.
Pengalaman Warga Zionis Israel yang Menjadi ‘Bebek Bodoh’
Waktu perang berlalu, banyak warga Israel yang merasa terancam hidupnya. Kondisi yang tidak jauh
Harian ‘Israel’ Yedeot Aharonot melansir di edisinya kemarin dari seorang saudara kandung warga Yahudi yang menjadi korban roket Palestina jenis mortar di pemukiman Narayem, Eshkol menyatakan, “Kami hidup dalam kondisi tidak wajar. Kami berfikir kami layaknya bebek bodoh karena shok atas pemandangan itu.”
Osanat saudara korban warga yahudi yang luka Jadi Yorekni menyampaikan kritikan pedas sikap pemerintah ‘Israel’ saat agresi Gaza.
Osanat menambahkan, “Kami sangat memahami gencatan senjata ini pasti sementara. Hamas besok mampu menyerang kami sekali lagi. Kami hanya seperti bebek. Warga di sini tidak memiliki daya untuk bertahan. Kami kalah. Kami tidak akan bisa kembali ke masa lalu. Kami berusaha menambal luka kami yang terus mengeluarkan darah. Namun kami tidak mampu memiliki apapunn untuk melindungi diri.”
Saat diumumkan gencatan senjata, dua warga Yahudi tewas dan beberapa lainnya luka-kuka, sebagiannya parah akibat jatuhnya roket mortar di pemukiman Nayarem.