Dalam pertarungan atau kompetisi di Pemilihan Presiden 2014 pasti yang menang dan ada yang kalah. Itu sudah harga mati, dan masing-masing calon harus legowo. Jika tidak legowo dengan hasil perhitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU), maka bisa menempuh jalur hukum. Dan ini final, sesuai dengan konstitusi.
Lalu bagaimana jadinya jika salah satu pasangan sudah ketahuan mengaku kalah? Nah ini ada kabar yang menghebohkan tentang sebuah rekaman dari tim sukses pasangan Jokowi – JK yang berisi tentang pengkuan tentang kekalahan. Dalam rekaman tersebut suaranya mirip suara Denny J.A yang berdurasi 07:34 menit. Apa isi pembicaraan tersebut?
Seperti dimuat dalam asatunews.com dan kompasislam.com memberitakan bahwa isi rekamannya sebagai berikut.
Indikasi tentang kekalahan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) kembali terungkap dengan beredarnya rekaman yang diduga suara Chief Executive Officer Lingkaran Survai Indonesia (LSI), Denny JA, yang menyebut pasangan nomor urut 2, itu tertinggal dari pasangan nomor urut 1,Prabowo-Hatta. Pernyataan itu diungkapkan di tempat tim pemenangan di salah satu kota di Jawa Barat.
Dalam kabar yang beredar luas di dunia maya tersebut disebutkan bahwa dalam rekaman itu suara yang mirip Denny menggambarkan kondisi 13 hari dari pemilihan. Dia juga menyebut provinsi Jawa Barat dengan populasi yang terbesar. “Kita punya 33 provinsi di Indonesia. Populasi rata-rata 3 persen. Tapi, di Jawa Barat sendiri populasinya 18 persen. Berarti, secara nasional, tanah Provinsi Jawa Barat itu sama dengan 6 provinsi di tempat lain,” katanya
Berikut beberapa penggalan rekaman yang berdurasi 07:34 menit itu.
“Kalau kalah di satu Jawa Barat, sama dengan kalah di enam provinsi lain. Menang di satu Jawa Barat sama dengan menang di enam provinsi lain. Jawa Barat wilayah pertama harus di menangkan.”
“Justru itulah, yang menjadi penting, karena posisi Jokowi dan Jusuf Kalla sudah kalah di Jawa Barat dibandingkan dengan Probowo-Hatta. Saya sudah kerjakan survei berkali-kali sejak 2004, hal yang biasa, dukungan naik dan turun dukungan itu. Satu periode kita naik dan periode lain kita kalah.”
“Dan sekarang ini di awal Juni 2014, posisi Jokowi dan Jusuf Kalla sudah tertinggal dari Prabowo-Hatta. Itu dari survei Lingkar Survei Indonesia dan aneka survei yang kredibel.”
“Tiga bulan lalu kita menang telak. Dua bulan masih menang kita, bulan Mei masih menang tipis dan Juni awal sudah kalah. Dengan demikian. Yang lebih penting Jawa Barat harus direbut kembali.”
“Mengapa kalah? Ada analisis, salah satunya itu, ada cinta yang hilang. Yang tadinya datang dari Jokowi, sekarang dia hilang. Karena begitu derasnya black campaign, yang kita tahu sebagian adalah kebohongan. Itu ternyata mempengaruhi pemilih level menengah. Tugas kita adalah kembalikan cinta itu. ”
“Saya ingat, sejak kecil, saya senang dengan lagu ‘Halo-Halo Bandung’. Di lirik terakhir ada kalimat yang mengatakan “Mari, Bung, rebut kembali”. Itulah spirit kita hari ini. Mari, Bung, kita rebut kembali supaya Jawa Barat, kita kembali menang. Wilayah yang besar sekali populasinya dan itu akan jauh memudahkan kita untuk juga menang di Indonesia…. “
Pernyataan yang diduga suara Denny JA (Baca: Kegagalan Denny J.A di Sini) itu tidak jauh berbeda dengan analisis akun twitter Triomacan2000 (TM2000) yang selalu menyebutkan Jokowi-JK sudah tahu perihal kekalahan mereka dalam pilpres sekitar dua pekan sebelum hari “H” pilpres tanggal 9 Juli 2014 melalui survei intensif yang dilakukan kubu Jokowi hingga “H-1”, ketika elektabilitas Jokowi-JK terus merosot hingga di bawah 47% atau selisih 6% dibandingkan elektabilitas Prabowo-Hatta.
Fakta hasil survei internal itulah yang menurut TM2000 memaksa kubu Jokowi-JK mengubah strategi pilpres mereka secara radikal dengan pemilihan slogan “Jokowi hanya bisa kalah jika pilpres dicurangi”, yang sangat tendensius, insinuatif, dan bernuansa fitnah untuk menghasut massa pendukungnya berprasangka buruk terhadap penyelenggaraan Pilpres 2014.
Strategi kontraproduktif itu dilanjutkan dengan tindakan mengklaim kemenangan pasangan Jokowi-JK secara prematur dan tak berdasar. Media bayaran dan pendukung pasangan Jokowi-JK–Metro TV, SCTV, Kompas, Tempo, Berita Satu, The Jakarta Post, Jawa Pos Grup ,dan lain-lain–terus-menerus secara masif dan kontinu menyiarkan klaim kemenangan Jokowi-JK yang sudah masuk kategori provokasi, agitasi, pembentukan opini sesat, dan persepsi publik yang keliru.
Seluruh rangkaian strategi Jokowi-JK ini menurut TM2000 adalah upaya terakhir Jokowi agar mereka mendapat dukungan publik untuk menolak hasil pilpres, menggugat ke Mahkamah Konstitusi, atau mendesak dilakukannya pilpres ulang. Modus seperti ini juga dilakukan Stanley Greenberg ketika ia menjadi konsultan pemenangan kandidat tertentu di Ukraina dan Pakistan beberapa waktu lalu.
Jika ini benar, maka kemenangan sudah pasti ada di kubu Prabowo Hatta. Namun jika kabar ini tidak benar, maka belum tentu juga pihak Jokowi-JK kalah atau menang, karena belum ada keputusan dari KPU.
Bagi pembaca yang budiman, Anda bisa percaya atau tidak dari isi rekaman itu yang sudah heboh diperbincangkan di dunia maya. Silontong tidak memaksa Anda untuk percaya begitu saja, namun alangkah bijak untuk menganalisa lebih dalam lagi dengan sumber-sumber lain.
Silontong coba mencari apakah ada video atau mp3 dari rekaman tersebut, namun belum ditemukan. Jika pembaca ada menemukan, dan jika pembaca mau berbagi bisa informasikan di kolom komentar. Terima kasih.
Baca juga:
3 Indikator kekalahan Jokowi-JK di Pilpres 2014 Disini