Kenapa Real Count dan Quick Count sesat? Karena bukan bersandar pada metode dan kaidah ilmiah, transparan, tidak memihak, dan bukan dilakukan pendukung capres tertentu. Jika hal itu dilanggar, maka Real Count dan Quick Count hanyalah pembentukan opini saja untuk menggiring persepsi masyarakat. Ini yang bahaya.
Sebenarnya, jika kedua pasangan bisa sabar menunggu hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), maka itu adalah langkah bijak. Adapun hasil hitung nyata dan hitung cepat pada pilpres 2014 yang dilakukan masing-masing jangan dijadikan patokan penuh yang bisa menyimpulkan bahwa keputusan KPU salah jika mengalahkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.
Ya, pernyataan yang mengatakan bahwa salahkan KPU jika mengalahkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang disampaikan oleh Burhanuddin Muhtadi (BM) (Lembaga Survei Indikator Politik) selain menuai banyak kritik, juga sudah melakukan intervensi kepada KPU. Ia menganggap hasil survei-nyalah yang paling benar dan yang lain salah. Ini bahaya. Merasa benar sendiri adalah sikap bangsa Israel yang sekarang menyerang Palestina. (baca BM dilaporkan ke polisi disni)
Sikap merasa benar sendiri dan merasa menang sendiri yang dilakukan kubu pasangan Jokowi -JK adalah bentuk intervensi nyata kepada KPU. Kubu Jokowi-JK pernah mengatakan: ” Hanya kecuranganlah yang bisa mengalahkan kami”. Lha, siapa yang curang dan siapa yang dicurangi kita juga belum tahu. Akibat dari pernyataan diatas, banyak di sosial media mengatakan: “Curang Teriak Curang”.
Oke kita kembali kepada judul diatas.
Real Count dan Quick Count Pilpres 2014 itu ada beberapa yang akan silontong ulas.
#1. Real Count kawalpemilu.org yang coba menggiring opini publik. Sistemnya yang penuh kelemahan, namun mengklaim merasa benar dan banyak dijumpai keanehan dalam webistenya. (Baca lengkap disini).
#2. Quick Count yang dilakukan pendukung Jokowi – JK juga banyak dipertanyakan, mengapa? Karena mereka semua adalah pendukung kubu Jokowi-JK. Apa mungkin hasil hitung cepatnya jujur? Bahkan pengamat ada yang dengan gamblang bahwa survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI), SMRC, Cyrus menyesatkan. (baca lengkap disini). Khusus untuk kritik kepada sang ‘KingMaker’, Denny J.A (baca lengkap disini ).
#3. Beberapa waktu lalu, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan juga melakukan real count, padahal sudah ada larangan dari Komisi Penyiaran Indonesia untuk tidak mempublikasikan, namun tetap saja mereka tidak menggubrisnya. Okelah karena sudah di publikasikan mau bagaimana lagi, tapi yang aneh hasil dari keduanya kok beda ya?#mikir (baca lengkap disini ).
Pembaca yang budiman;
Sebaiknya kita sebagai orang awam, jangan mau percaya dengan begitu saja. Kan sudah ada lembaga KPU yang menghitung suara. Jika ada pihak yang merasa dicurangi dengan perhitungan resmi hasil pilpres 2014 oleh KPU, maka ada jalur untuk menyelesaikannya di Mahkamah Konstitusi (MK). Dan MK akan berjanji menyelesaikan dalam waktu satu bulan, sekitar tanggal 22 Agustus 2014 sudah ada putusan.
Dan bagi pihak yang suka mengklaim kemenangan hanya berdasarkan real count dan quick count, maka itulah bentuk intervensi kepada KPU. Seberapa benarnya hasil diluar KPU, maka hanya putusan KPU lah yang dijadikan sumber untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Siapa yang menjadi Presiden Republik Indonesia dialah yang bisa membawa Indonesia bangkit dari intervensi asing.
Hendaknya, para capres dan cawapres bisa tampil sebagai negarawan yang menjadi contoh bagi masyarakat. Gaya berpolitik yang santun dan elegan itulah yang benar dan sukai oleh rakyat Indonesia. Siapakah yang siap menang dan siap kalah? Ayo beri komentar kamu.