Kejadian perang yang dimulai oleh Israel kepada Palestina dan sudah sepekan ini berlangsung, muncul wacana untuk kedua belah pihak melakukan gencatan senjata. PBB dan beberapa negara mengusulkan hal itu, termasuk Mesir yang membuat proposal gencatan senjata.
Nah, ketika wacana itu semakin mengkuat dengan media yang selalu menyiarkan dan memberitakan, disaat itulah Hamas menolak untuk di lakukannya gencatan senajata. Apa alasan Hamas menolak hal tersebut?
Sebenarnya Hamas mau melakukan gencatan senjata, namun ada syarat yang harus dilakukan oleh Israel yang telah melanggarnya.
Adapun syarat yang diajukan Hamas, seperti dilansir oleh dakwatuna.com menyatakan bahwa petinggi Hamas mensyaratkan Israel agar membebaskan sejumlah anggota Parlemen Palestina dan warga Palestina yang telah disepakati dalam pembebasan tentara Israel Ghilad Shalit oleh Hamas sebelumnya.
Selain itu, Hamas menuntut penghentian pembunuhan tokoh politik Palestina oleh Israel dan kembali pada kesepahaman ‘Amud Sahab’ November 2012.
Berdasarkan kesepahaman tersebut, Israel setuju untuk membuka pintu-pintu perbatasan, memperluas area pencarian ikan bagi nelayan Palestina, penggarapan area pertanian di dekat perbatasan Israel, dan masuknya bahan-bahan bangunan.
Lebih lanjut, Hamas menuntut pembebasan seluruh rakyat Palestina yang ditangkap setelah serangan militer Israel terakhir atau bersiap melakukan perang yang panjang dengan penjajah zionis tersebut.
Dalam hal ini, Hamas membantah telah melakukan penculikan dan pembunuhan tiga tentara Israel baru-baru ini yang dijadikan alasan penyerangan Jalur Gaza kembali oleh Israel.
Jika syarat itu tidak mau diindahkan oleh pihak Israel, maka Hamas akan menolak untuk melakukan gencatan senjata.
Peran Mesir di Gencatan Senjata
Dalam perang kali ini sangat tampak bahwa negara Mesir berpihak kepada Israel. Hal ini tentu membuat Palestina kecewa, dan wajar jika menolak proposal gencatan senjata yang di ajukan oleh Mesir. Adapun perlakuan Mesir seperti dirilis situs Arrahmah menyatakan:
Dalam konflik ini, pembelaan Mesir terhadap “Israel” terlihat nyata. Perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza tetap ditutup, sementara penyeberangan Taba antara Mesir dan “Israel” tetap terbuka. Mengenai hal ini Barhoum menegaskan juga bahwa Mesir harus membuka perbatasan Rafah untuk memungkinkan bantuan memasuki Gaza untuk mencegah bencana kemanusiaan yang semakin besar.
Menanggapi hal ini akhirnya Rafah dibuka pada Kamis pagi (10/7), tapi hanya satu hari untuk memungkinkan warga Gaza yang terluka mendapatkan pengobatan keluar, dimana mereka tidak dapat diobati di Gaza. Tapi pembukaan perbatasan Rafah yang hanya sehari tentu tidak mencukupi.
Dunia mengetahui bahwa Mesir sekarang berbeda dengan Mesir ketika Presidennya Mursi. Kini Mesir sudah menjadi antek Israel yang siap kapan saja membantu Israel untuk menyerang Palestina.
Juru bicara Hamas Fawzy Barhoum mengatakan pada Kamis (10/7/2014) bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri “perang sepihak” ini adalah ketika “Israel” berhenti membom Gaza. seperti dikutip dari situs arrahmah.com.
Sampai berita ini diturunkan (15/7) gencatan senjata belum menemukan titik final. Dan Israel pun tampak berat melakukan syarat yang di ajukan oleh Hamas.