Sebenarnya jika kita dengan mata jernih melihat tentang fenomena Pemilihan Presiden 2014 ini, maka dengan mudah disimpulkan siapa yang menang dan siapa pula yang ‘keok’ atau kalah. Namun terkadang mata jernih kita tidak berfuungsi karena sudah tertipu oleh media pendukung Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Oleh karena itu kita harus evaluasi penglihatan supaya jernih dengan meninggalkan media pendukung Jokowi-JK untuk di jadikan referensi.
Menurut pantau sederhana silontong ada 3 indikator sebagai bahan menyimpukan bahwa pasangan nomor urut 2 dinilai keok.
#1. Deklarasi Kemenangan yang tergesa-gesa.
Ya, kira-kira pukul 16.30 pasangan Jokowi-JK sudah melakukan deklarasi kemenangan. Hadir dalam deklarasi kemenangan itu ketua umum, Megawati Soekarno Putri yang sebagai otaknya.
Adapun deklarasi tersebut hanya bersumber dari data quick count ‘versi’ mereka yang di nilai sesat dan menyesatkan. Akibat deklarasi yang prematur itu, banyak dampak negatif muncul, seperti: rakyat jadi terprovokasi dan blunder kepada pasangan Jokowi-JK sendiri sebagai sinyal bahwa mereka sudah kalah atau tidak siap kalah.
Penggiringan opini untuk memenangkan pasangan Jokowi-JK sudah dibaca dengan mudah, sehingga aksi yang mereka lakukan ada menjadi bahan guyonan banyak orang. Betapa tidak? Hadirnya 2 tokoh (mantan presiden, Megawati dan yang ke 2 mantan wakil presiden, Jusuf Kalla) di dalam deklarasi ketakutan itu semakin mencerminkan bahwa Megawati dan Jusuf Kalla tidak paham hukum atau pura-pura tidak tahu. Seharusnya Megawati dan Jusuf Kalla bisa bersikap dewasa dalam berpolitik, bukan malah menciptakan rasa panik di tengah masyarakat.
Akibat deklarasi ketakutan itu, muncuk komentar dari pengamat yang mengatakan bahwa Megawati bisa menyebabkan konflik di masyarakat, karena sikapnya yang tidak dewasa.( Baca lengkap disini ).
#2. Lembaga Survei yang Hoax dan Menyesatkan karena tidak kompak dalam memberikan hasil Quick Count Pilpres 2014.
Hampir semua lembaga survei memang sudah di setting dari awal untuk menggiring opini saja, bukan untuk memberikan hasil yang benar. Apa lagi lembaga surveinya terbukti sebagai pendukung loyal pasangan Jokowi – JK.
Salah satu keanehan itu adalah dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) punya Denny JA. Kali ini Denny JA gagal dalam memenangkan pasangan Jokowi – JK karena ulahnya yang tidak profesional. Denny JA terkesan menutupi hasil Quick Countnya kepada publik, malah memberikan hasil ‘Exit Poll’ kepada pasangan Jokowi-JK. Lalu kemana hasil QC LSI? (Baca lengkap disini ).
Intinya, rekayasa yang dilakukan tim survei Jokowi JK terbaca publik sebagai bentuk kebohongan yang menyesatkan (baca lengkap disini ). Dan ini adalah sebagai indikator kekalahan pasangan Jokowi-JK yang kedua.
#3.Lambatnya Kinerja Mesin Partai Koaliasi (PDIP, NASDEM,HANURA,PKPI).
Sebenarnya dari sebelum pilpres 2014 pun sudah kelihatan bahwa mesin partai pasangan Jokowi-JK tidak bekerja dengan baik. Seperti dalam hal pembagian tugas, dimana Ketua tim pemenangan dari PDIP yang malah membuat anarkis dengan pengrusakan dan penyegelan kantor tvOne. Selanjutnya Juru Bicaranya adalah Anies Baswedan yang baru kemarin sore kenal dengan dunia politik. Sementara partai Nasdem, Hanura kadernya pada membelot dengan mendukung Prabowo-Hatta. Sedangkan PKPI memang tidak ada kadernya, jadi mungkin memang tidak ada kontribusinya.
Lalu, dalam hal penghitungan real count atau hitung nyata. Dimana kubu Prabowo Hatta sudah mempublikasikan hasil real count pada tanggal 9 Juli 2014 melalui pusat Tabulasi perhitungan suara yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), kubu Jokowi JK malah masih menghitung sampai berita ini di turunkan (11/07) perhitungan pun masih belum selesai. Rupanya yang melakukan perhitungan adalah partai Nasdem (baca disini), padahal di hari sebelumnya PDIP juga melakukan real count juga untuk wilayah Jawa Timur (Jatim) (baca lengkap disini). Lha kok bisa bertabrakan kerjanya? Tidak ada pembagian tugas yang rapi, bagaimana mau memimpin negara kalau kerjanya tida rebes, eh beres.#mikir.
Ya itulah 3 Indikator atau faktor atau penyebab Kekalahan Jokowi -JK di Pilpres tahun 2014 ini sebelum keputusan KPU. Tentu masih banyak sebab lainnya, namun 3 saja sudah cukuplah untuk membuat mata rakyat bisa dengan jernih melihat. Jika Anda mau menambahkan atau punya pendapat beda, ayo berkomentarlah dengan sopan ya. 🙂
Keep calm aja nunggu pengumuman dari KPU.
Mudah-mudahan tanggal 22 Juli KPU mengumumkan Prabowo-Hatta sebagai pemenang Pilpres, seandanya betul Jokowi-Jk uang menang mau ditaruh di mana muka anda saudaraku………
Kemenangan hanya milik Allah, bukan manusia. Kemenangan sejati adalah ketika cara yang dilakukan benar dan tdk melanggar hukum apalagi anarkis, dan lainnya.. Ya namanya manusia kan boleh saja memprediksi sesuai data dan fakta, jika salah ya tidak masalah, lebih baik mengakui kesalahan daripada berbohong. Muka saya tetap di depan, gk pindah kemana-mana kok 🙂
Bismillaah. Semoga pasangan capres no urut 1 yang jadi pemenangnya,aamiin.
pendukung no.1 ya?:)
Apakah tidak boleh berbeda?
ya sudah pasti boleh donk, keindahan terjadi krn perbedaan yang ada.
Apakah tidak boleh berbeda selera?
wah, puasa2 cerita selera pula , hihi..
Kalau mau tawur, baik pergi ke Gaza aja. Biar mati tuh Israel biadab. Huahahaha…
wah, gk sembarang org bisa diterima di gaza.
Iya sih…
Insya Allah, jika Allah menghendaki Bapak Prabowo akan memimpin indonesia menuju lebih baik. Amin
Amin
mata jernih anda melihat dengan jelas kalo jokowi akan keok ya?
anda bukan blog yg pro prabowo khan?
Udah mas nggak usah emosi. Nyante wae nunggu pengumuman dari KPU tanggal 22 nanti. Oke? 🙂
Ya setiap org bebas menyampaikan pendapat kok, asal msh dalam batas kewajaran. Beda pendapat kan indah 🙂