Revolusi Mental Jokowi JK Berlawanan dengan Prinsip Pendidikan

Diposting pada

Revolusi mental adalah visi dan misi pasangan Jokowi JK untuk menarik simpatik publik. Sampai JK dalam debat Cawapres 29 Juni 2014 juga akan merubah cerita si Kancil yang suka menipu walau pernyataan itu banyak mendapatkan kritik bahwa JK tidak paham dunia pendidikan.

Revolusi mental yang di gaungkan itu bukan saja membuat bingung, namun bisa berpotensi menimbulkan masalah baru, karena revolusi mental yang merupakan konsep Jokowi JK itu bertentangan dengan Prinsip Pendidikan. Nah Lho..!!

Adalah Tokoh pendidikan, Arif Rahman yang lebih punya pengalaman dalam dunia pendidikan. Dalam suatu kesempatan ia menyatakan:

“Saya terus terang aja, mental itu jangan direvolusikan lah, mental itu secara didaktif itu evolusi, saya tidak bisa mempercepat pembentukan mental seorang dengan waktu yang saya standarkan. Dan itu boleh dikatakan itu bertentangan dengan prinsip pendidikan,” kata Arif di kediaman Probosutedjo, Senin (1/7/2014) yang dimuat detik.com.

Menurut Arif, mental orang memang tidak bisa di revolusi, namun bisa di evolusi secara bertahap, itupun jika diperlukan. Namun jika tidak diperlukan, maka ngapain di revolusi. Hal ini bisa melanggar fitrah manusia itu sendiri.

“Mental kan tidak bisa direvolusikan, bagaimana kita bisa membuat seseorang dari mental A ke mental B, tanpa sesuatu proses, jadi proses itu sangat diperlukan,” ujarnya.

Lalu, tokoh pendidikan ini mengatakan bahwa konsep Revolusi mental mungkin niatnya baik, tapi metodologisnya keliru.

Apa respon Jokowi JK dalam hal ini? Hasil penelusuran silontong belum ada jawaban dari pihak Jokowi JK. Malah yang ditemukan berita yang menghimbau bahwa Jokowi harus merevolusi mentalnya sendiri.

“Jika serius dengan revolusi mental, Jokowi harus gamblang menjelaskan persoalan Bus Transjakarta dan APBD DKI Jakarta,” kata pengamat politik Universitas Jaya Baya, Igor Dirgantara kepada wartawan di Jakarta, Senin (30/6). Dikutip dari republika.co.id oleh silontong.com.